Menghadapi Keputusasaan

| Kamis, Januari 08, 2015 |

Mazmur 42:11 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

Bukan hal yang aneh bahwa bagi orang yang paling spiritual sekalipun pasti pernah mengalami hari-hari yang penuh keraguan. Musa, setidaknya pada satu kesempatan pernah diliputi oleh keadaan itu. Setelah mendengar keluhan yang bertubi-tubi dari orang Israel, dia pada intnya berkata kepada Allah, "Aku muak. Ambil nyawaku saja. Aku tidak mau berurusan dengan ini lagi.

Elia, setelah berhasil menantang para nabi Baal di Gunung Karmel, ketika mendengar amcaman Izebel, istri Raja Ahab, = untuk membunuh dirinya, ia pun menjadi begitu takut. Ia jadi berkecil hati, pikirannya jadi tak menentu dan penuh dengan keraguan sehingga ia berseru kepada Allah, "Ambillah nyawaku.

Bahkan rasul Paulus pun juga mengalami hari-hari yang penuh keputusasaan. Dalam suratnya kepada para jemaat di Korintus, dia menulis, "Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami (2 Korintus 1:8).

Yeremia, nabi besar, juga mengalaminya. Dia dicela dan dihina karena memberitakan Firman Tuhan. Karena sudah bosan dengan tekanan yang ia hadapi, itu membuatnya ingin benar-benar berhenti memberitakan Firman Tuhan. Dia berkata, Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari. Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup (Yeremia 20:8-9).

Anda bukan satu-satunya yang pernah dihadapkan pada keraguan atau ketidakpastian atau menjadi bingung mengapa Allah tidak bekerja dengan cara yang kita mau. Kita mungkin sedang berada di tengah-tengah pekerjaan Allah dan tidak dapat melihat gambaran besar sebagaimana Dia melihatnya.

Bacaan Alkitab Setahun :
Kejadian 20-22; Matius 6:19-34

Tetapi kita bisa memilih untuk percaya pada hati-Nya, bahkan ketika kita tak bisa menemukan jejak langkah-Nya. (Diterjemahkan dari Daily Devotional by Greg Laurie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top