Fokus pada Rekonsiliasi, Bukan Resolusi

| Minggu, September 17, 2017 |
1 Timotius 2: 5 "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,"

Ketika Anda memiliki konflik dalam hidup Anda, fokuslah pada rekonsiliasi, bukan pada resolusi. Ada sebuah perbedaan besar pada kedua kata tersebut. Rekonsiliasi berarti membangun kembali hubungan. Resolusi berarti menyelesaikan setiap masalah.

Penyelesaian masalah mungkin tak akan terjadi, sebab Anda tidak akan pernah setuju pada beberapa hal. Tak ada seorang pun di planet ini yang sepakat dengan Anda akan segala hal, maka sama halnya, Anda juga tidak akan pernah mempunyai resolusi atas semua masalah Anda. 

Bisakah Anda memiliki sebuah hubungan yang penuh kasih tanpa perlu sepakat akan segala hal? Tentu saja Anda bisa. Jika Anda belajar untuk tidak sependapat tanpa harus merasa tidak enak hati, itu dinamakan disebut hikmat. Jika Anda belajar untuk hidup dalam harmoni tanpa harus memiliki pandangan yang sama, itu dinamakan hikmat. 

Salah satu hal terbesar yang bisa Anda lakukan dengan hidup Anda yaitu dengan menjadi orang yang membangun jembatan, bukan orang yang membangun tembok. Anda paling menyerupai Yesus Kristus saat Anda berdamai dengan orang lain. Anda paling menyerupai Yesus ketika Anda membangun jembatan, bukan tembok. Itulah yang Yesus lakukan! Dia adalah Sang Pembawa Damai yang hebat. Tuhan telah mengutus Yesus ke Bumi untuk mendamaikan kita sebab kita tengah bertentangan dengan Allah.

Tetapi Anda tidak bisa berdamai dengan orang lain sampai Anda berdamai dengan Tuhan. Dan mungkin itulah masalahnya- Anda belum berdamai dengan diri sendiri sebab Anda belum berdamai dengan Tuhan. Pertama, Anda harus berdamai dengan Tuhan. Kemudian, Anda harus mendapatkan damai sejahtera Allah.

Itulah intinya: Anda harus memiliki damai sejahtera di hati Anda dengan cara membiarkan Sang Pembawa Damai tinggal di dalamnya. 

Ucapkan doa ini di dalam hati Anda: "Tuhan, Engkau tahu konflik yang ada dalam hidupku. Aku sudah muak dan aku ingin berdamai. Aku ingin memiliki damai sejahtera dalam hidupku agar aku dapat memberikannya juga kepada orang lain. Maka aku menerima damai sejahtera-Mu hari ini. Aku membuka hidupku untuk-Mu sebaik yang aku bisa. Penuhi hidupku dengan cinta kasih, bukan dengan kemarahan, tapi dengan kesabaran, sukacita, dan damai sejahtera. Masuklah dan isilah setiap bidang kehidupanku dengan damai-Mu, dan bantu aku untuk menjadi sang pembangun jembatan dan bukan sang pembangun tembok. Bantu aku untuk bisa mengambil inisiatif dan untuk tidak menunggu orang lain berdamai denganku terlebih dulu. Bantu aku untuk menemukan waktu dan tempat yang tepat, dan kemudian bantu aku juga untuk memiliki keberanian untuk mengakui bahwa aku juga bagian dari penyebab konflik itu dan untuk menjadikan aku rendah hati. Bantulah aku untuk tidak menyerang orang tersebut, tetapi menyerang masalah ini. Bantulah aku untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Bantu aku untuk mengatakan yang sebenarnya, memperbaiki masalahnya, bukan menyalahkan keadaan, dan juga untuk fokus pada rekonsiliasi, bukan fokus pada penyelesaian semua masalah. Saya serahkan pergumulan ini ke dalam tangan-Mu. Amin."


Bacaan Alkitab Setahun :
Amsal 16-18; II Korintus 7


Membangun kembali hubungan dengan orang lain hanya mampu dilakukan berdasarkan kasih Tuhan dalam hati kita.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top