Jangan Menyerah: Menolak untuk menjadi Kepahitan

| Sabtu, Juni 09, 2018 |
Ayub 1: 21-22 "Katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut."

Kesedihan merupakan bagian dari kehidupan, tetapi Anda tidak bisa membiarkan musim kesedihan itu berubah menjadi gaya hidup.

Di satu titik, Anda harus membiarkan kesedihan itu pergi!

Allah memberi Anda kasih karunia untuk melewati apa yang sedang Anda alami. Orang lain mungkin tidak memiliki ukuran kasih karunia yang sama, sehingga itu menyebabkan mereka memberi Anda nasihat yang buruk!

"Maka berkatalah isterinya (Ayub) kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya" (Ayub 2: 9-10).

Ayub menolak untuk menjadi kepahitan dan kesal. Kepahitan memperlama rasa sakit. Itu tidak meringankan rasa sakit; itu memperparah rasa sakit.

"Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang" (Ibrani 12:15).

Ayub memberikan tiga langkah untuk kita bisa kembali fokus:

1. Tempatkan hati Anda dengan benar. Itu artinya Anda memaafkan. Mungkin Anda berkata, "Tapi saya tidak bisa memaafkan dia!" Itulah mengapa Anda membutuhkan Kristus dalam hidup Anda; Dia akan memberi Anda kekuatan untuk memaafkan.

2. Minta bantuan Tuhan. Minta Dia untuk masuk ke dalam hati Anda, menyembuhkan luka-luka itu, membantu Anda, serta memberi Anda kekuatan- kekuatan untuk esok, minggu depan, bulan depan.

3. Hadapi dunia ini kembali dengan tegas dan berani. Banyak orang, ketika mereka terluka, menarik diri ke cangkangnya. Mereka berkata, "Saya tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyakiti saya lagi!" dan mereka mulai menarik diri. Namun Ayub mengatakan untuk melakukan yang sebaliknya: Lanjutkan hidup Anda; jangan bersembunyi. Kembalilah ke luar sana dan hadapilah. 

Ada akhir yang bahagia dari kehidupan Ayub. "TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina" (Ayub 42:12). Ayub telah menjalani semua kesakitan ini, tetapi terlepas dari itu semua, Allah memberkati bagian terakhir dari kehidupan Ayub, bahkan lebih dari kehidupannya yang terdahulu. 

Tidakkah Anda mengingkan hal yang sama? Katakan, "Tuhan, saya tak peduli apakah saya punya waktu 5 tahun atau 50 tahun lagi. Tapi, maukah Engkau memberkati bagian terakhir dari hidup saya lebih dari bagian yang pertama?"

Ini pelajaran dari kehidupan Ayub: Siapa pun atau apa pun yang telah menyakiti Anda atau seberapa pun lamanya Anda terluka atau seberapa pun parahnya Anda terluka, Allah dapat membuat sisa hidup Anda sebagai bagian yang terbaik dalam hidup Anda apabila Anda bersedia mengampuni dan melepaskan semua kebencian dan mereka yang telah menyakiti Anda. 

Renungkan hal ini: 
Di dalam kesedihan, mengapa lebih mudah bagi kita untuk menarik diri, ketimbang ada bersama orang-orang yang akan membantu kita untuk melanjutkan hidup?
Bagaimana selama ini Anda mengalami atau mengamati akibat dari menyerah pada kepahitan?
Apa yang Anda inginkan dari Tuhan untuk membantu Anda menjalani sisa hidup Anda? Apa yang Anda perlu lepaskan sehingga Dia dapat bekerja sepenuhnya di dalam dan melalui Anda?


Bacaan Alkitab Setahun :
2 Tawarikh 32-33; Yohanes 18:19-40


Ada perbedaan antara berduka dan merintih sedih, antara menangis dan bergumul. Kedukaan dapat mengecilkan hati saya, tetapi bukan berarti itu dapat mendefinisikan saya. Kedukaan merupakan bagian dari kedewasaan saya, tetapi itu bukan menandakan siapa saya.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top