Tampilkan postingan dengan label sentuhan hati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sentuhan hati. Tampilkan semua postingan

Anda Dapat Bersahabat Dengan Allah


Roma 5:10 "5:10 "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya."

Hubungan Anda dengan Allah memiliki banyak aspek yang berbeda: Allah adalah Pencipta, Tuan, Guru, Hakim, Penebus, Bapa, Juru Selamat, dan banyak lagi (lihat Mazmur 89:26, 95: 6, 136: 3; Yesaya 33:22 , 47: 4; Yohanes 13:13; 1 Yohanes 3: 1; Yudas 1: 4).

Tapi inilah kebenaran yang paling mengejutkan: Tuhan Yang Mahakuasa rindu untuk menjadi teman Anda!

Di Taman Eden kita melihat hubungan yang ideal antara Allah dengan manusia: Adam dan Hawa menikmati persahabatan yang intim dengan Allah. Tidak ada ritual, upacara, atau agama - hanya hubungan sederhana yang penuh kasih antara Tuhan dengan orang-orang yang Ia ciptakan. Tanpa terhalang oleh rasa bersalah atau rasa takut, Adam dan Hawa bersukacita di dalam Allah, dan Ia pun bersukacita di dalam mereka.

Kita diciptakan untuk senantiasa hidup di dalam hadirat Allah, namun setelah kejatuhan dosa, hubungan yang ideal itu rusak. Hanya beberapa orang di zaman Perjanjian Lama yang dikaruniai sebuah hak istimewa untuk bersahabat dengan Allah. Musa dan Abraham disebut sebagai sahabat Allah," Daud disebut "orang yang berkenan di hati Tuhan," serta Ayub, Henokh, dan Nuh memiliki persahabatan yang akrab dengan Allah (lihat Kejadian 5:22, 6: 8; Keluaran 33:11 , 17; 2 Tawarikh 20: 7; Ayub 29: 4; Yesaya 41: 8; Kis 13:22; Yakobus 2:23).

Namun, di perjanjian lama, rasa takut akan Allah lebih umum kita temukan di Perjanjian Lama. Kemudian, Yesus pu mengubah situasi. Ketika Dia membayar dosa-dosa kita di kayu salib, tabir bait suci yang melambangkan bagaimana kita terpisah dari Allah Bapa, terbelah dari atas ke bawah, dimana itu menunjukkan bahwa akses kita kepada Allah telah diberikan sekali lagi.

Berbeda dengan para imam Perjanjian Lama yang harus menghabiskan berjam-jam mempersiapkan diri mereka untuk bertemu Allah, sekarang kita dapat datang kepada Dia kapan saja. Alkitab berkata, "Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu" (Roma 5:11).

Persahabatan dengan Allah adalah mungkin hanya karena kasih karunia Allah dan atas pengorbanan Yesus. "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami" (2 Korintus 5:18).

Ada sebuah nyanyian pujian berbunyi, "Yesus kawan yang sejati," tetapi sebenarnya, Allah mengundang kita untuk menikmati persahabatan dan persekutuan dengan ketiga pribadi yang Tritunggal: Bapa (1 Yohanes 1: 3), Putra (1 Korintus 1) : 9), dan Roh Kudus (2 Korintus 13:14).

Renungkan hal ini:
- Bagaimana persahabatan Anda dengan Tuhan?
- Perubahan apa yang akan terjadi dengan hubungan Anda dengan Tuhan seandainya Anda percaya dan membuka hati Anda kepada Dia saat Anda menjalin persahabatan dengan-Nya?
- Seperti apa rasanya menikmati persekutuan dengan ketiga pribadi Tritunggal?


Bacaan Alkitab Setahun :
Bilangan 4-6; Markus 4:1-20


Yesus adalah sahabat setia Anda.
Bagaimana dengan Anda, apakah Anda menjadikanNya sebagai sahabat Anda ?
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 
| Jumat, Februari 22, 2019 | , ,

Bagaimana Bisa Kita Dibenarkan Karena Allah?


Roma 10: 9-10 "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."


Alkitab mengatakan dalam Roma 1:17, "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Bagaimana bisa Allah membuat diri kita benar? Ini yang dinamakan Injil. Ada tiga poin tentang hal ini.

Pertama, kita tidak bisa membenarkan diri kita sendiri.

Surga adalah tempat yang sempurna. Tidak ada dosa, kesedihan, kejahatan, atau ketidakadilan. Namun ini masalahnya: Kita tidak sempurna, dan Tuhan tidak bisa membiarkan orang berdosa masuk surga, karena surga akan penuh dengan dosa.
Roma 3:20 mengatakan, "Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa."

Satu-satunya orang yang berpikir mereka dapat menaati semua hukum Allah ialah mereka yang tidak mengetahuinya, sebab hukum Allah itu sempurna, dan tak ada satu pun dari kita yang sempurna. Kita tidak bisa membenarkan diri kita sendiri, maka karena itulah Allah membuat sebuah rencana buat kita.

Kedua, Allah mengutus Yesus untuk membayar dosa-dosa kita sehingga kita dapat dibenarkan.

Ketika Anda melanggar hukum manusia, Anda menanggung hukuman yang dibuat manusia. Ketika Anda melanggar hukum Allah, Anda menanggung hukuman yang dibuat Allah, yaitu neraka kekal. Seseorang harus membayar lunas segala hal yang sudah Anda lakukan dalam hidup yang menyakiti orang lain, diri Anda sendiri, serta Allah. Kata-Nya, "Aku akan mengirim Putraku, Yesus, untuk menebus hukumanmu itu. Putra-Ku akan mengambil alih hukumanmu, sehingga engkau tak harus pergi ke neraka, sehingga engkau dapat beserta-Ku selamanya."

Tahukah Anda mengapa Injil juga disebut Kabar Baik? Itu artinya segala dosa dan kesalahan yang pernah Anda lakukan atau yang akan Anda lakukan di dalam hidup ini telah ditebus oleh Yesus Kristus di kayu salib. Anda telah dibenarkan karena Allah.
"Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus," (Titus 3: 5).

Ketiga, kita harus menerima dengan iman apa yang telah Allah lakukan buat kita.

Untuk bisa dibenarkan oleh Allah, percaya dan terimalah dengan iman bahwa apa yang sudah Yesus lakukan buat Anda di kayu salib telah membayar lunas dosa-dosa Anda. Percayalah bahwa Anda adalah bagian dari keluarga Allah. Anda dapat hidup sebagaimana kehendak-Nya saat ini di muka Bumi ini, dan kemudian Anda akan pergi ke surga kekal. Percaya dan akuilah kebenaran Firman ini.

Roma 10: 9-10 mengatakan, "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."

Renungkan hal ini:
Allah menawarkan karunia pengampunan melalui Yesus Kristus kepada semua orang - tak peduli siapa kita, apa yang telah kita lakukan, atau berapa lama kita telah melakukannya.

Hari ini adalah harinya, terima kebenaran ini dengan iman. Apabila Anda tak yakin apakah Anda akan ke surga atau tidak jika Anda mati, ucapkanlah doa ini: "Ya Tuhan, aku mengucap syukur karena Engkau telah menciptakanku, karena Engkau punya rencana dan tujuan untuk hidupku, dan karena Engkau telah membuatku mengenal-Mu. Terima kasih karena Engkau memberiku pilihan untuk menerima atau menolak tawaran keselamatan-Mu.

Hari ini, dengan kerendahan hati kumeminta-Mu untuk menyelamatkanku - bukan karena apa yang telah kulakukan tetapi karena apa yang telah Yesus Kristus lakukan untukku. Aku tak mengerti itu semua, tetapi aku ingin menaruh iman percayaku hanya pada Putra-Mu. Ya Tuhan, aku ingin mengenal-Mu. Aku ingin belajar mengasihi-Mu. Aku ingin lapar dan haus akan kebenaran Firman-Mu sepanjang hidupku. Aku mau percaya pada kasih dan pengampunan-Mu. Aku ingin Engkau menjadi Tuhan dalam hidupku. Amin."



Bacaan Alkitab Setahun :
Bilangan 1-3; Markus 3


Jangan pakai kebenaran diri sendiri sebagai dasar hidup Anda. Upgrade diri Anda dengan kebenaran Allah
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 
| Kamis, Februari 21, 2019 | , ,

Bagaimana Berdoa Secara Efektif

Nehemia 1: 8-9 "Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-serta melakukannya, maka sekalipun orang-orang buanganmu ada di ujung langit, akan Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat nama-Ku diam di sana."

Bagaimana Berdoa Secara Efektif

Berikut ini empat kunci doa yang terjawab berdasarkan kisah hidup Nehemia:

1. Landaskan doa Anda pada karakter Tuhan. Berdoalah seolah Anda tahu Tuhan akan menjawab Anda: "Aku menunggu Engkau untuk menjawab doa ini karena Engkau adalah Tuhan. Engkau adalah Tuhan yang setia. Engkau adalah Tuhan yang hebat. Engkau adalah Tuhan yang pengasih. Engkau adalah Tuhan yang luar biasa. Engkau dapat mengatasi masalah ini, Tuhan!

2. Akui dosa-dosa yang Anda ketahui. Setelah Nehemia mendasarkan doanya kepada Allah, ia mengakui dosa-dosanya. Serunya kepada Allah, "Berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan kaum keluargaku telah berbuat dosa. Kami telah sangat bersalah terhadap-Mu dan tidak mengikuti perintah-perintah, ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah Kauperintahkan kepada Musa, hamba-Mu itu" (Nehemia 1: 6-7). Bukan kesalahan Nehemia jika bangsa Israel berada dalam pembuangan. Nehemia kemungkinan besar dilahirkan di masa pembuangan. Namun dia juga turut memasukkan dirinya ke dalam dosa nasional. Kata dia, "Saya adalah bagian dari masalah ini."

3. Klaim janji-janji Allah. Nehemia berseru kepada Allah, "Ingatlah akan firman yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-bangsa"(Nehemia 1: 8). Bisakah Anda bayangkan berkata kepada Tuhan untuk "mengingat" sesuatu? Nehemia mengingatkan Tuhan akan janji yang dibuat-Nya untuk bangsa Israel. Sebab itulah dia berdoa, "Tuhan, Engkau memberi kami peringatan melalui Musa bahwa jika kami tidak setia, maka kami akan kehilangan tanah Israel. Tetapi Engkau juga berjanji bahwa jika kami bertobat, maka Engkau akan mengembalikannya kepada kami."

Apakah Tuhan harus diingatkan? Tidak. Apakah Dia lupa apa yang Dia janjikan? Tidak. Lalu mengapa kita harus melakukannya? Untuk membantu kita mengingat apa yang telah Tuhan janjikan.

4. Jelaskan secara spesifik apa yang Anda minta. Bila Anda menginginkan jawaban doa yang spesifik, buat permintaan yang khusus. Jika doa Anda adalah permintaan yang umum, bagaimana Anda tahu jika itu akan dijawab?

Renungkan hal ini:
- Pikirkan tentang permohonan doa yang baru-baru ini Anda serukan kepada Tuhan yang belum juga dijawab. Apa yang memotivasi Anda untuk terus mendoakannya?
- Doakan kembali permintaan Anda dan ikuti langkah-langkah di atas. Bagaimana itu membawa perubahan dalam doa Anda?
- Apa janji-janji Tuhan yang perlu Anda klaim?



Bacaan Alkitab Setahun :
Imamat 26-27; Markus 2


Tuhan yang paling tau cara menjawab doa Anda, untuk memberi pada waktunya apa yang paling Anda butuhkan, bukan apa yang anda inginkan
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 
| Rabu, Februari 20, 2019 | , ,

Tuhan Selalu Hadir, Bagaimanapun yang Anda Rasakan

Tuhan Selalu Hadir, Bagaimanapun yang Anda Rasakan

Ayub 1:21 "Katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Ketika Anda masih menjadi bayi Kristen, Tuhan memberi Anda banyak perasaan yang mengkonfirmasi, dan seringkali menjawab doa Anda yang paling egois sekali pun sehingga Anda tahu bahwa Dia ada. Namun, seiring iman Anda bertumbuh, Dia akan mengehentikan kebiasaan ini.

Kemahahadiran Tuhan dan tanda-tanda kehadiran-Nya merupakan dua hal yang berbeda. Yang satu adalah fakta, yang lainnya adalah perasaan. Tuhan selalu hadir, bahkan ketika Anda tidak menyadarinya, dan kehadiran-Nya itu terlalu dalam jika hanya diukur dengan sebuah perasaan.

Ya, Dia ingin Anda merasakan kehadiran-Nya, tetapi Dia lebih memilih jika Anda mempercayai-Nya ketimbang merasakan kehadiran-Nya.

Situasi-situasi yang akan merentangkan iman Anda adalah saat-saat ketika hidup Anda runtuh dan ketika Tuhan seolah sulit untuk ditemukan. Ini yang terjadi pada Ayub. Ia kehilangan segalanya dengan begitu cepat— keluarganya, bisnisnya, kesehatannya, dan semua harta miliknya. Dan di 37 bab selanjutnya, Tuhan tidak mengatakan apa pun!

Bagaimana Anda memuji Tuhan ketika Anda tak mengerti apa yang terjadi dalam hidup Anda, dan ketika Tuhan hanya diam? Bagaimana Anda tetap terhubung dengan-Nya di dalam kesulitan jika tanpa adanya komunikasi? Bagaimana Anda mengarahkan pandangan Anda kepada Yesus ketika mata Anda penuh dengan air mata? Lakukan apa yang Ayub lakukan: katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut" (Ayub 1: 20-21).

Ceritakan kepada Tuhan apa yang Anda rasakan sejujurnya. Curahkan hati Anda kepada-Nya. Lepaskan setiap emosi yang Anda rasakan. Ayub melakukan hal ini ketika dia berkata, "Oleh sebab itu akupun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku" (Ayub 7:11).

Dia berteriak ketika Allah kelihatannya jauh: "Seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku;" (Ayub 29: 4).

Tuhan dapat mengatasi keraguan, kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebingungan, dan menjawab semua pertanyaan Anda.

Renungkan hal ini:
- Siapa saja yang Anda tuju ketika hidup ini kian sulit? Apa yang Anda katakan kepada mereka yang Anda juga perlu katakan kepada Tuhan?
- Bagaimana Anda tetap memperlihatkan iman Anda ketika Anda mengalami krisis?
- Mengapa Allah lebih mementingkan iman Anda ketimbang perasaan Anda?



Bacaan Alkitab Setahun :
Imamat 25; Markus1:23-45


Kita hidup dengan iman, bukan dengan penglihatan atau perasaan kita.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 
| Selasa, Februari 19, 2019 | , ,

Bagaimana Allah Menggunakan Dukacita untuk Membantu Kita Tumbuh

Bagaimana Allah Menggunakan Dukacita untuk Membantu Kita Tumbuh

Roma 8:28 "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."

Kesedihan, kehilangan, dan rasa sakit adalah bagian kehidupan yang tak bisa dihindari. Tetapi tahukah Anda bahwa Allah menggunakan hal-hal ini untuk membantu kita bertumbuh? Dia melakukannya dengan tiga cara:

Pertama, Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mendapatkan perhatian kita. C. S. Lewis menulis, "Tuhan berbisik kepada kita dalam kesenangan kita, berbicara masuk ke dalam hati nurani kita, tetapi berteriak dalam kesakitan kita." Rasa sakit adalah alat pengeras suara Allah. Kita jarang berubah ketika kita melihat cahaya, tetapi kita berubah ketika kita merasakan panas.

Amsal 20:30 mengatakan, "Bilur-bilur yang berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati."

Kedua, Tuhan mendatangkan yang baik dari dalam keburukan. Salah satu ayat paling terkenal dalam Alkitab adalah Roma 8:28 adalah "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."

Ketika Anda mengalami kedukaan, itu merupakan kesempatan bagi kita untuk bertumbuh di dalam karakter. Anda tak bisa mengendalikan rasa sakit yang Anda alami, tetapi Anda bisa mengambil keputusan apakah itu akan membuat Anda kepahitan atau menjadi lebih baik. Anda bisa mengambil keputusan apakah itu akan menjadi batu loncatan atau batu sandungan. Anda harus ingat bahwa bahkan di dalam kesakitan, Tuhan bekerja untuk kebaikan Anda.

Ketiga, Tuhan mempersiapkan kita untuk kekekalan surga. Alkitab berkata dalam 2 Korintus 4: 17-18, "Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."

Anda mungkin ingat saya pernah berkata bahwa Anda tidak bisa membawa serta mobil Anda ke surga. Anda tidak bisa membawa serta porselen mahal atau pakaian Anda ke surga; Anda tidak bisa membawa karier Anda ke surga. Tetapi Anda membawa serta karakter Anda. Anda membawa serta diri Anda.

Tuhan lebih tertarik pada pengembangan karakter Anda daripada kenyamanan Anda. Mengapa? Karena Anda bisa merasa nyaman di surga, tetapi sekaranglah tahap dimana Anda mempersiapkan diri Anda. Ini adalah tahap pembelajaran. Ini adalah tahap pemanasan. Tuhan menggunakan masalah Anda di Bumi untuk membuat Anda siap untuk mengalami kemuliaan yang kekal. Itu baru yang namanya kenyamanan.

Renungkan hal ini:
- Apa artinya bahwa Tuhan bekerja untuk kebaikan Anda? Apakah itu berarti Allah hanya membiarkan hal-hal baik terjadi pada orang percaya?
- Mengapa seringkali lebih mudah bagi kita untuk fokus pada realita hari ini, ketimbang pada janji surga?
- Bagaimana Anda dapat mempersiapkan diri Anda saat ini, sehingga Anda siap untuk mendengarkan Allah ketika Anda berada dalam masa kesakitan?



Bacaan Alkitab Setahun :
Imamat 17-18; Matius 27:27-50


Ketika Anda kesakitan, bertanyalah pada diri Anda, "Apa yang sedang Tuhan lakukan?" Apakah Dia sedang berusaha mendapatkan perhatian Anda? Apakah Dia sedang mencoba mendatangkan yang baik dari yang buruk? Apakah Dia sedang mempersiapkan karakter Anda untuk ke surga?
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 
| Jumat, Februari 15, 2019 | , ,

Jangan Malu Berdiri untuk Kebenaran

Jangan Malu Berdiri untuk Kebenaran


1 Petrus 4:16 "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu."

Anda seharusnya tidak pernah malu berdiri untuk kebenaran dan melakukan apa yang benar. Alkitab berkata dalam 1 Petrus 4:16, "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu."

Izinkan saya bertanya kepada Anda: Apakah penghinaan akan membunuh Anda? Tidak. Apakah perbedaan pendapat akan membunuh Anda? Tidak. Apakah ketika seseorang mengatai Anda karena Anda membela Kristus, itu akan melukai Anda? Tidak. Apakah komentar-komentar orang di sosial media Anda yang mencoba memancing kemarahan Anda akan menjatuhkan Anda? Tidak. Itu semua tidak akan membunuh Anda.

Sangat penting untuk memahami kebenaran yang akan membebaskan hidup Anda: Anda tidak perlu persetujuan orang lain untuk bahagia.

Selama bertahun-tahun, Anda mungkin berusaha mendapat persetujuan dari orang tertentu. Saya benci mengatakan ini, tetapi jika Anda belum mendapatkannya sekarang, maka Anda tidak akan mendapatkannya. Namun, kabar baiknya adalah Anda tidak butuh itu! Anda tidak butuh persetujuan dari siapa pun untuk bahagia.

Apa pun yang Anda lakukan dalam hidup, pasti akan ada seseorang yang tidak akan menyukainya. Anda tidak dapat menghindari penolakan. Begitu pun sebaliknya,jika Anda menolak memberikan persetujuan kepada orang lain, maka mereka pun tidak akan setuju atau suka dengan hal benar yang Anda lakukan sekalipun.

Berikut ini hal yang penting buat Anda ingat ketika Anda menghadapi pertentangan dengan orang lain. Bila pendapat orang lain lebih penting buat Anda ketimbang pendapat Tuhan, maka Anda akan hancur ketika orang-orang tersebut menyerang iman Anda kepada Allah.

"Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (1 Petrus 5: 9).

Renungkan hal ini:
- Bagaimana keinginan Anda untuk mendapatkan persetujuan orang lain akan mempengaruhi respon Anda ketika Anda sebenarnya punya kesempatan untuk berdiri untuk Yesus dan melakukan apa yang benar?
- Di mana Anda dapat menemukan dorongan dan motivasi untuk berdiri teguh ketika orang-orang menentang iman Anda?
- Mengapa dengan mengetahui bahwa ada orang Kristen lain yang juga menderita demi Firman Allah membantu Anda untuk berdiri teguh untuk Kristus?



Bacaan Alkitab Setahun :
Imamat 15-16; Matius 27:1-26


Jika Anda fokus kepada Allah serta apa yang Anda tahu benar, maka Anda akan mampu berdiri teguh membela iman Anda.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 
| Kamis, Februari 14, 2019 | , ,

Renungan, Kamis 12 Febuari 2009

Bernilai Di Mata Allah
Matius 22:34-40

Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day) tampaknya selalu merupakan saat yang tepat untuk mengingatkan orang tentang kasih Allah pada manusia atau tentang tanggung jawab kita untuk memerhatikan sesama dan orang kesusahan. Tetapi Alkitab juga berbicara tentang jenis kasih lain yang penting tetapi sering diabaikan – kasih pada diri sendiri.

Banyak orang Kristen percaya bahwa memerhatikan diri sendiri adalah pementingan diri sendiri. Untuk mendukung pandangan keliru ini, ayat-ayat Alkitab sering dikutip keluar konteks. Contohnya, kata-kata Paulus tentang dirinya yang memakai frasa “orang paling berdosa’ dan ‘manusia celaka’ (I Tim 1:15; Rm 7:24). Padahal, meski ucapan ini tampaknya merendahkan, Paulus sebetulnya sedang memuliakan Allah atas karya besar dalam dirinya.

Sebagian orang juga mempertanyakan gagasan tentang mengasihi-diri-sendiri dengan menunjuk pada peringatan di Lukas 14:26 bahwa, untuk mengikut Kristus orang harus “membenci ... dirinya sendiri.” Padahal Yesus bukan sedang menganjurkan permusuhan; Ia sedang menjelaskan bahwa kesetiaan kita pada-Nya haruslah mutlak, bahkan ketika kesetiaan itu menuntut pengorbanan diri kita atau orang yang kita kasihi.

Kitab Suci tak pernah menyatakan bahwa manusia ciptaan Allah – entah itu orang percaya atau bukan – tak pantas dikasihi. Yang benar justru sebaliknya. Yesus sudah menunjukkan bahwa setiap orang bernilai di mata Allah. Kasih pada diri sendiri akan muncul dengan sendirinya ketika kita menyadari diri kita berharga. Tapi entah mengapa, penghargaan diri yang sehat lama-lama malah dianggap sebagai egoisme atau kesombongan.

Menghargai diri sendiri bukanlah pementingan diri sendiri. Kita harus memerhatikan tubuh, pikiran dan jiwa kita sendiri sebagai milik berharga pemberian Allah yang mengasihi kita

| Kamis, Februari 12, 2009 |

RENUNGAN, Kamis 15 Januari 2009

Upah Karena Bekerja Dengan Baik
Efesus 6:5-8

Bekerja di pabrik tekstil, pekerjaan saya adalah mengelantang, bagian terpanas dari proses pembuatan kain. Saya tidak menyukai tugas itu. Dua minggu pertama, sikap saya menunjukkan ketidaksenangan saya pada rasa panas ataupun atasan yang kasar. Akhirnya saya menyadari, perkerjaannya tidak bisa diubah, namun cara berpikir saya bisa. Saya memutuskan untuk bekerja seolah-olah Tuhan adalah atasan saya, dan pilihan itu telah mengubah segalanya.

Panas tidak lagi mengganggu saya. Hasil pekerjaan lumayan. Dan yang terbaik adalah saya memiliki banyak kesempatan untuk menyaksikan iman saya tumbuh, sebab para pekerja lainnya memperhatikan bahwa saya berubah. Ketika saya kembali bekerja disana musim berikutnya, atasan yang kasar itu mempekerjakan saya tanpa ragu-ragu.

Memperlakukan pekerjaan kita sebagai suatu perpanjangan pelayanan kita kepada Allah akan mengubah sikap kita. Menyenangkan hati Tuhan memotivasi kita untuk melakukan yang terbaik dan menghasilkan kepuasan yang tidak dapat disangkal dalam kehidupan orang percaya. Suatu pekerjaan bisa saja menantang, membuat frustrasi ataupun membosankan, namun kita tetap bisa merasakan damai dan tidak berkutat dengan perasaan yang negatif.
Hati seorang hamba akan berpengaruh pada pekerja lainnya. Pelayanan yang dilakukan dengan kebaikan dan kerendahan hati akan mencuri perhatian teman kerja kita, yang pada akhirnya membuka kesempatan untuk melayani orang lain, yang bersamanya kita menghabiskan waktu berjam-jam setiap harinya.

Upah dari pelayanan yang antusias terhadap pekerjaan dapat berbentuk banyak hal, termasuk kepuasan pribadi yang lebih besar dalam pekerjaan kita dan kesempatan untuk menggambarkan Kristus kepada orang lain. Terlebih lagi, akan ada sukacita yang besar saat mengetahui bahwa Bapa kita berkenan atas perbuatan kita.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Rabu 14 Januari 2009

Memberikan Yang Terbaik Dalam Pekerjaan
Kolose 3:22-24

Paham modern mengatakan, “Cintailah apa yang Anda kerjakan, dan Anda tidak akan mengusahakan satu hari pun dalam kehidupan Anda.” Namun kita tidak selalu mengerjakan apa yang kita sukai, atau bekerja dengan orang yang menyenangkan. Pekerjaan apapun, bahkan yang kita sukai sekalipun, memiliki saat-saat terburuk dan tugas kita terasa begitu membosankan. Oleh karenanya, sikap kita tidak boleh tergantung pada pekerjaan itu sendiri ataupun perasaaan kita, melainkan sikap kita harus merefleksikan posisi kita sebagai anak Tuhan. Akan jauh lebih bijaksana bila kita menganut pepatah: “Bekerjalah demi Tuhan yang Anda kasihi, dan Anda akan dipuaskan setiap hari dalam hidup Anda.”

Kita akan melakukan yang terbaik saat kita memandang diri kita sebagai pelayan. Budaya modern lebih mengajarkan kita untuk mencari kekuasaan dan harga diri, daripada bekerja dengan tekun. Tetapi Firman Tuhan mengajarkan prinsip berbeda: “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal” (Kolose 3:22). Ketaatan yang alkitabiah bukan semata-mata perilaku di luar namun di dalam hatinya mengeluh dan sebal, tetapi ketaatan itu komitmen sejati bagi kesejahteraan orang yang mempekerjakan kita (Paulus memakai kata “hamba” sebab kepemilikan atas manusia adalah praktek yang lazim pada zaman itu. Meskipun zaman telah berubah, namun prinsip Tuhan tetaplah berlaku).

Anak-anak Tuhan telah dipanggil untuk menjadi hambaNya. Oleh karena kita menghabiskan waktu yang cukup banyak pada pekerjaan kita, maka kebanyakan pelayanan kita terjadi disana. Sebagai seorang pegawai, kita harus menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah mengenai ketaatan dan pengorbanan, sebab siapapun yang menjadi atasan kita, Tuhanlah otoritas tertinggi yang mengawasi pekerjaan kita. Ia ingin melihat kita mempraktikkan kebenaran di tempat kerja.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Selasa 13 Januari 2009

Keinginan Hatimu
Mazmur 37:1-8

Bila Tuhan bertanya, “Engkau dapat meminta kepadaKu satu keinginan, dan Aku akan memberikannya kepadamu”, apakah yang Anda akan minta? Beberapa hal mungkin tersirat di benak Anda. Satu kebenarannya ialah bahwa Allah berkomitmen untuk memberikan kepada Anda apa yang diinginkan hati Anda, namun ada “maksud tersembunyi” di balik apa yang dikatakanNya. Kerinduan terbesarNya ialah agar Anda ingin mengenal Dia sehingga Anda dapat tinggal dalam terang dan perlindungan kasihNya untuk selamanya.

Tetapi seringkali kita begitu terpikat oleh kesenangan dunia ini sehingga kita menarik diri dari Tuhan dan terburu-buru mencari jalan untuk memenuhi keinginan kita rumah baru, mobil baru, pekerjaan, gelar atau hubungan yang tentunya akan memberikan kepuasan. Namun hal-hal yang di luar Tuhan hanya akan membawa kebahagiaan sementara tanpa adanya sukacita yang kekal. Cukup disayangkan, karena salah satu hal terakhir yang diinginkan orang ialah lebih dapat mengenal Tuhan.

Kita hidup dalam budaya instan. Bila kita mempunyai suatu kebutuhan, kita segera mencari jalan untuk mendapatkannya. Semakin tidak lazim bagi orang untuk menanti demi mendapatkan keinginan mereka. Orang muda masuk ke universitas dan bertanya, “Bagaimana caranya saya bisa cepat-cepat lulus?” Sama halnya, pasangan muda melangsungkan pernikahan dan ingin segera memiliki rumah yang besar. Tidak ada penantian dan tidak ada waktu untuk berlama-lama.

Kita mengabaikan satu prinsip yang sangat penting, yaitu menantikan Tuhan dan seringkali kita melewatkan berkat yang teramat besar. Ketika kita menanti, kita belajar untuk berdiam diri dan ketika kita berdiam diri, disanalah terdapat damai sejahtera dan pengharapan. Jangan pernah mendesak Tuhan. Ijinkan Ia untuk menuntun Anda. Bila Anda melakukannya, Anda tidak akan pernah terlambat, tidak akan pernah kehilangan satu berkat pun, dan Anda akan selalu mendapatkan apa yang menjadi keinginan hati Anda sebab Ia mengasihi Anda dengan kasih yang kekal.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Senin 12 Januari 2009

Pelajaran Rohani dari Tembikar
Yesaya 64:8

Saya memutuskan untuk mengambil satu petunjuk dari nabi Yeremia, yang mengunjungi pelarikan tukang periuk, sebagaimana yang Tuhan perintahkan (Yeremia 18:6). Jadi, saya pergi ke suatu institut seni untuk mengamati suatu kelas. Tujuan saya semata untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kiasan Allah sebagai sang Penjunan dan manusia sebagai tanah liatnya. Inilah yang saya pelajari saat saya memasuki ruang yang dipenuhi dengan roda tembikar yang sedang mendesing.

Sang Penjunan memiliki kuasa penuh atas tanah liat. Ia dapat melakukan appun yang Ia pilih untuk Ia kerjakan. Sebagai manusia, kita memang memiliki kehendak bebas yang terbatas, namun kehendak Allah jauh lebih besar. Jadi, meskipun kita menolak untuk dibentuk olehNya, Ia tetap berkarya seturut maksudNya. Sang Penjunan Agung telah menetapkan untuk mendapatkan bentuk tertentu di dalam diri kita, dan Ia memiliki rancangan untuk membuatnya terbentuk.

Sang Penjunan mengerjakan tanah liat itu dengan kesabaran. Oleh karena Allah tahu bahwa kedewasaan rohani tidak dapat diburu-buru. Ia membentuk karakter kita dengan perlahan hingga menjadi seperti Kristus. Itu terjadi melalui pengalaman demi pengalaman. Itu berarti, Ia pun harus memiliki ketetapan hati sebab terkadang manusia keluar jalur dan terbentuk dengan tidak serasi. Sama halnya dengan tanah liat dapat dibentuk hanya bila tanah itu berada tepat di tengah-tengah roda, maka orang Kristen pun harus berada dalam kehendak Bapa untuk bisa bertumbuh secara rohani. Sang Penjunan mengarahkan orang percaya yang menyimpang kembali ke posisinya dan mulai dibentuk kembali. Ia tidak pernah membuang bejanaNya, melainkan bekerja tanpa lelah untuk menyempurnakan bejana itu.

Allah kita adalah Penjunan manusia. CiptaanNya merefleksikan kepribadian dan karakterNya. RohNya tercurah atas bejana manusia sehingga Ia dapat menjadi bagian yang intim dalam kehidupan kita. Hasilnya adalah suatu keindahan yang sejati yaitu orang kudus yang sepenuhnya berkomitmen kepadaNya.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Minggu 11 Januari 2009

Dibentuk Oleh Sang Penjunan
Yeremia 18:1-6

Bila Anda pernah memperhatikan seorang tukang periuk bekerja, sebagaimana yang dilakukan Yeremia pada bacaan Firman hari ini, Anda akan kagum melihat bejana yang indah terbentuk dari segumpal tanah liat. Tujuan dari pelajaran Allah kepada sang nabi adalah bahwa bangsa Israel sebagaimana halnya dengan setiap orang dari mulanya, dibentuk oleh tanganNya. Kita seumpama gumpalan tanah liat yang menanti sentuhan tangan sang Penjunan Agung.

Ketika tanah liat ditempatkan di atas roda pembuat, sang tukang periuk sudah memiliki gambaran bentuk tertentu dalam pikirannya. Hal yang sama berlaku pada kita. Allah telah menetapkan bagaimana Ia berencana untuk bekerja dalam kehidupan kita dan peran apa yang harus kita mainkan dalam membangun kerajaanNya (Efesus 2:10). Ia membentuk dengan tanganNya dan memotong dengan alatNya sehingga karakter kita mulai terlihat seperti Yesus PutraNya. Setiap orang percaya akan dibentuk dengan cara yang berbeda untuk melayani secara unik, sebagaimana yang telah Allah rancangkan baginya. Terlepas dari Tuhan memperlengkapi kita dengan istimewa, kita semua mengemban kesan Penjunan kita yang tidak dapat diragukan lagi.

Terlalu sering kita melihat talenta dan kemampuan orang lain di sekitar kita dan berharap ingin lebih seperti orang lain. Namun kita telah dirancang secara sempurna untuk maksud yang Allah telah tetapkan untuk kita, dan Ia tidak pernah salah. Bila kita menghabiskan waktu kita dengan mengharapkan talenta yang tidak seturut dengan rancangan Allah, atau bila kita menolak untuk menggunakan karunia roh yang Ia karuniakan kepada kita, kita menyia-nyiakan karyaNya dan kesempatan kita untuk melayani Dia.

Sang Penjunan berkenan dengan cara Ia merancangkan hidup kita dan kemampuan yang Ia telah curahkan atas kita. Untuk memuliakan sang Penjunan sebagaimana yang seharusnya dilakukan sebuah bejana, maka kita harus tunduk untuk dibentuk dan dipakai seturut yang diinginkanNya.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Sabtu 10 Januari 2009

Keagungan Kuasa Allah
Roma 8:28-39

Pada suatu kali saya sedang melakukan tanda tangan buku. Seorang pemuda menemui saya dan menceritakan pengalamannya sementara saya menandatangani bukunya. Ia bercerita, “Saya mengarahkan senjata ke dada saya dan hendak bunuh diri. Entah kenapa, saya menyalakan TV dan Anda ada disana, sedang berbicara tentang bunuh diri. Setelah mendengarkan sebentar, saya sadar bahwa Tuhan sedang berbicara kepada saya. Akhirnya saya meletakkan senjata saya dan memberikan hidup saya kepada Yesus Kristus.”

Sering sekali saya mendengar kisah yang serupa. Seseorang yang sedang putus asa menyalakan TV atau radio dan mendengarkan khotbah yang berbicara langsung kepadanya tentang apa yang ia butuhkan. Untuk beberapa saat, saya tidak percaya bahwa saya bertanggung jawab. Tuhan, yang penuh kuasa, turut campur tangan dalam kehidupan manusia. Terkadang Ia melakukan hal ini dengan menuntun mereka untuk mendengarkan program yang akan membantu mereka. Dan, hanya Tuhan yang dapat mengendalikan segala sesuatu, yang dapat mengubah pemuda yang ketakutan dan tersesat menjadi hamba yang taat dan bersemangat itulah tepatnya gambaran orang yang berdiri di hadapan saya pada hari itu.

Dunia berbicara tentang kecelakan, kemujuran dan nasib baik, namun semua istilah ini menunjukkan bahwa kita adalah korban dari keadaan. Sedangkan kebenarannya adalah bahwa Tuhan berdaulat dan segala isi dunia ini ada dalam kendaliNya. Segala hal yang terjadi dalam hidup kita entah itu berkat ataupun penderitaan – terjadi sebab Tuhan mengijinkannya. Ketika kita berhadapan dengan kejahatan, kita bertanya-tanya mengapa Ia tidak menghentikannya, sebab kita tahu bahwa Ia dapat melakukannya. Namun Tuhan memiliki suatu maksud, dan sejarah telah membuktikan bahwa Ia mendatangkan kebaikan, bahkan dari tragedi manusia yang paling buruk sekalipun.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Jumat 09 Januari 2009

Keagungan Allah – Sumber Penghiburan
Mazmur 89:1-10

Seruan hati Daud untuk meminta pertolongan memenuhi lembaran kitab Mazmur. Doa-doanya adalah perpaduan antara permintaan dan penyembahan yang mengingat keagungan, kuasa dan perlindungan Tuhan. Berdoa dengan mengakui sifat-sifat Allah yang luar biasa akan mengingatkan kita bahwa Dialah yang memiliki hikmat, kuasa dan kasih yang memenuhi segenap kebutuhan kita.

“Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu” (Mazmur 139:7). Tuhan ada di segala tempat. Ia tidak terbatasi oleh waktu dan ruang, yang artinya kita tidak dapat menjauhi Dia, bahkan untuk sedetik pun. Meski ketika kita merasa terasing atau tidak memiliki teman, kita tidak sendiri, sebab hadirat Allah mencakup seluruh dunia.

“Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga” (Mazmur 147:5). Tuhan mengetahui segala sesuatu. Ketika kita berlutut untuk berdoa, Ia sudah mengetahui perasaan dan kebutuhan yang hendak kita ucapkan. Jadi, kita dapat merasa yakin bahwa ketika kita meminta tuntunan, maka Ia akan memberikan tuntunan yang jelas bila kita tunduk kepada kehendakNya.

“Pada-Nya (Allah) tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yakobus 1:17). Karakter Allah itu konstan. Oleh karena kita percaya bahwa Ia akan selalu setia, dapat diandalkan dan pengasih, maka kita dapat mengandalkan Dia dalam situasi apapun.
Ketika orang percaya mengingat sifat Tuhan yang telah memenuhi kebutuhannya, maka ia menempatkan fokus doanya pada Tuhan dan bukan pada permintaannya. Dengan memasukkan pujian ke dalam doa kita, maka kita akan semakin sedikit meminta, menyembah Dia dengan lebih baik, dan menerima lebih banyak, sebab fokus doa kita telah berada pada tempat yang benar.

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Kamis 08 Januari 2009

Kunci Untuk Diterima
Lukas 6:46-49

Banyak jemaat gereja terkejut saat mengetahui pelayanan mereka tidak menjamin masuk surga. Perbuatan baik tidak berarti apa-apa bagi Tuhan kecuali perbuatan itu merupakan hasil dari suatu hubungan dengan Dia. Hanya mereka yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan masuk ke dalam surga, tanpa mempertimbangkan seberapa banyak perbuatan baik atau kemurahan hati yang telah mereka lakukan.

Definisi kata “percaya” terkadang membingungkan jemaat gereja yang tidak memiliki iman yang sejati. Mereka percaya akan Allah, Yesus dan surga. Tetapi ada perbedaan antara menyetujui dengan mengakui Kristus secara peribadi sebagai Anak Allah dan Juruselamat pribadi seseorang. Dalam Alkitab, setiap kali seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, ia pasti berubah. Tidak mungkin bagi seseorang untuk tetap sama setelah ia menyadari bahwa ia begitu membutuhkan Dia.

Keinginan yang sungguh-sungguh untuk memperoleh keselamatan dimulai dengan mengakui bahwa kita telah berdosa terhadap Tuhan. Kita pun harus menyadari bahwa tidak ada harapan keselamatan di luar Tuhan. Setelah menyadari kedua fakta ini, kita harus percaya akan pengorbananNya untuk membayar utang dosa kita. Beberapa orang memakai istilah “mintalah Yesus untuk mengampuni dosa Anda” atau “mintalah Yesus masuk ke dalam hati Anda”. Tidak penting bagaimana kita menggambarkan pengalaman itu. Bila kita bertobat dari dosa-dosa kita dan membuat keputusan untuk menerima Kristus, kita diselamatkan.

Allah berjanji untuk menanggapi pengakuan yang diiringi kerendahan hati akan pengorbanan AnakNya. Bila Anda ingin berada di surga bersama Dia selamanya, tanyakanlah diri Anda: Sudahkah saya diselamatkan? Jika belum, inilah saatnya!

| Selasa, Januari 13, 2009 |

RENUNGAN, Rabu 07 Januari 2009

Penolakan Allah

Matius 7:21-23

Menurut Tuhan Yesus, pintu ke surga itu sempit. Jalan yang lebih mudah dalam menjalani kehidupan ialah jalan lebar kebahagiaan duniawi yang semua arahnya menuju kepada kehancuran dan kesenangan diri sendiri. Tetapi jalan menuju hidup kekal ditandai oleh pengorbanan diri sendiri dan kerendahan hati.

Tuhan memperingatkan para pengikutNya untuk tidak diperdaya soal keselamatan mereka. Mereka yang menemukan jalan ke surga telah memberikan hati mereka kepada Yesus dan mengakui bahwa kematianNya telah membayar lunas utang dosa mereka. Hal ini penting sebab kita menemukan banyak orang yang tampaknya menapaki jalan yang sempit meskipun mereka tidak pernah membuat keputusan kepada Kristus. Mereka ini mungkin sibuk dengan kegiatan gerejawi, namun mereka telah menempatkan perbuatan di atas komitmen. Kegiatan mereka mungkin patut dipuji, seperti misalnya ikut melayani dan mendukung kegiatan misi, dan mereka masih memiliki kepercayaan yang benar. Namun tindakan dan pemikiran tidaklah selalu merupakan refleksi akurat dari jiwa dan hati mereka.

Banyak orang yang pergi ke gereja beranggapan pelayanan mereka begitu berkenan kepada Tuhan sehingga surga merupakan suatu kepastian bagi mereka. Sayangnya, mereka akan terkejut saat penolakan Allah terjadi. Saat penghakiman, Yesus akan mengatakan pada mereka, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:23). Yesus tidak akan menerima siapapun yang telah menolak untuk diampuni atas dosa-dosanya.

Anda tentu tidak ingin berada di antara mereka yang berpikir perbuatan baik layak diganjar dengan hak untuk masuk ke surga. Menerima Kristus sebagai Juruselamat merupakan satu-satunya cara (Yohanes 14:6), dengan demikian baru Anda memperoleh kepastian, bahwa di akhir jalan sempit yang Anda tempuh sepanjang hidup menuju hadirat Allah selamanya.
| Selasa, Januari 06, 2009 |

RENUNGAN, Selasa 06 Januari 2009

Berdamai Dengan Tuhan

Filipi 4:6-7

Seperti apa kehidupan Anda sekarang? Mungkin menurut Anda, semuanya dalam keadaan yang baik. Tetapi kita semua tahu, penderitaan dapat datang kapan saja. Seperti badai yang melanda, tidak terduga dan tidak diharapkan. Jadi bagaimana kita dapat menjaga damai sejahtera dan keseimbangan rohani ketika pencobaan menerpa? Jawabannya ialah dengan memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus Kristus. Damai sejahtera yang tidak tergoyahkan tersedia bagi setiap orang yang mengarahkan hatinya kepada Tuhan.

Ketika penderitaan menerpa, suatu hal yang wajar kita bertanya mengapa dan bagaimana hidup ini jadinya. Tetapi respon kita seharusnya berpaling kepada Dia yang memberikan penghiburan dan perlindungan. Dialah satu-satunya yang memperlengkapi kita untuk mengatasi masalah kita. Tuhan tidak pernah menghendaki kita menjadi kuat dengan kekuatan kita sendiri; Ia menghendaki kita untuk mencari keberanian, pengharapan dan kekuatan di dalam Dia dan FirmanNya. Ketika kita berada di bawah tekanan, kita semua menginginkan kelegaan dari rasa kuatir. Salah satu langkah pertamanya ialah menyadari arti kekuatiran itu sendiri. Saat kita gelisah, kuatir dan takut, timbul perasaan ragu dan bingung dan dapat membuat kita tidak berdaya. Saat kita menyerah kepada ketakutan, kita kehilangan fokus rohani kita. Kunci untuk mengalahkan kekuatiran hanya dengan diam dalam hadirat Tuhan.

Menerima kehendak Tuhan serta keterbatasan yang Ia tempatkan dalam situasi yang demikian (I Korintus 10:13) akan menolong kita untuk menghilangkan kekuatiran. Karena itu, izinkan Ia untuk memberikan kepada Anda seturut dengan waktuNya yang sempurna. Ingat, Ia mengasihi Anda dan Dialah yang memegang kendali, meskipun sepertinya sudah tidak ada harapan. Bila Anda menerima hidup sebagai suatu anugerah dariNya, maka Anda akan senantiasa mengarahkan pandangan Anda kepada Yesus. Disana Anda akan menemukan kasih, anugerah, pengampunan dan pengharapan, damai dan perlindungan yang abadi.
| Selasa, Januari 06, 2009 |

RENUNGAN, Senin 05 Januari 2009

Tuhanlah Penjagaku

Mazmur 121:7-8

Tuhan itu berdaulat dan Tuhan itu baik. Dengan mengetahui hal ini, banyak orang percaya bergumul untuk memahami mengapa hal-hal yang menyakitkan terjadi dalam hidup ini. Mengapa Tuhan tidak menghentikan saya mengalami dukacita ini? Pertanyaan semakin dalam ketika kita membaca bagian Alkitab seperti Mazmur 121:7-8: “TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.” Banyak orang yang mengartikan ayat ini sebagai janji bahwa Tuhan akan menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan. Namun firman ini berkata bahwa Ia berjanji untuk menjaga nyawa mereka.

Tuhan mengijinkan rasa sakit terjadi. Bahkan terkadang Ia memakainya. Tuhan mengerti orang-orang yang terluka, namun Ia pun melihat arti yang lebih dalam dari situasi itu. Pencobaan seringkali menguatkan iman kita, membuat kita menjadi seperti Yesus, dan membuat kita memiliki kasih terhadap orang lain. Terkadang, Tuhan memakai penderitaan untuk menghindarkan kita membuang-buang kesempatan atau menjalani kehidupan yang biasa saja. Dengan pertolonganNya, kita mendapatkan lebih banyak manfaat saat berjalan melewati rasa sakit dibandingkan bila kita menghindari rasa sakit itu. Saat Bapa surgawi tahu bahwa itulah yang terbaik, Ia tidak menghindarkan kita dari rasa sakit; malah, Ia memampukan kita untuk bertahan melewati kesukaran dengan memberikan hikmat dan kekuatan kepada kita. Dan ketika kita berhasil melewatinya, seringkali kita melihat, dengan penuh ucapan syukur, betapa tanganNya yang lembut dan penuh anugerah telah menuntun kita melalui situasi itu sepenuhnya.

Kita memiliki pengharapan yang besar, karena kita tahu bahwa Tuhan akan menjaga kita melewati masa-masa tersulit. Bacalah Mazmur 124 dan mintalah Tuhan untuk mengingatkan Anda akan kebenarannya ketika situasi yang menyakitkan terjadi dalam kehidupan Anda.
| Selasa, Januari 06, 2009 |

RENUNGAN, Minggu 04 Januari 2009

Jaminan Saat Pencobaan

Mazmur 121:1-6

Pencobaan mengguncang setiap kehidupan. Namun demikian, kita patut bersyukur sebab kita dapat bergantung kepada Bapa kita untuk mendapatkan pertolongan pada saat kita membutuhkannya, sebagaimana Mazmur 121 menenangkan hati kita. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”(ayat 1-2). Meskipun perampok bersembunyi di gunung dan siap menjarah peziarah yang lewat, sang pemazmur tahu kemana ia harus berpaling untuk mencari pertolongan. Serupa dengan hal itu, ketika kita menghadapi hal yang tidak pasti, rasa takut dan pencobaan, maka Tuhan kita yang berdaulat akan menopang kita (Mazmur 103:19), meskipun kita dikecewakan ataupun saat kekuatan kita telah hilang. “Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap”(ayat 3). Dengan milyaran orang di dunia ini, sungguh sulit bagi kita untuk memahami bagaimana Tuhan dapat mengetahui setiap detil kehidupan kita, atau kenapa Ia peduli untuk menghitung jumlah rambut di kepala kita. Namun ayat ini memastikan bahwa Tuhan peduli akan setiap aspek kehidupan kita dan memperhatikan kebutuhan kita.

“TUHANlah Penjagamu” (ayat 5). Dalam bahasa Ibrani, kata “menjaga” berasal dari akar kata yang sama dengan kata “mengawal” dan “melindungi”. Kita memakai istilah ini bila seorang ibu meminta orang yang dipercayainya untuk “menjaga” anaknya saat ia pergi untuk sementara waktu. Orang yang menjaga anak ini diharapkan dapat melindungi dan memberikan apa yang dibutuhkan si anak. Tuhan berjanji untuk menjaga anak-anakNya, yang berarti bahwa Ia akan membela kita, memberikan apa yang kita perlukan, menjadikan kita serupa dengan gambaranNya dan melindungi kita dari yang jahat.

Tanpa segala janji ini, dunia nampak begitu dingin dan berbahaya. Namun kita dapat menghadapi hal yang tidak kita ketahui dan masa-masa yang sulit dengan penuh kepercayaan, karena kita tahu, Tuhan akan menjaga dan menolong kita.
| Selasa, Januari 06, 2009 |

RENUNGAN, Sabtu 03 Januari 2009

Memberi Karena Kebutuhan

II Korintus 8:1-5

Saat di Sekolah Dasar, kita belajar tentang pengurangan: ambil dan Anda akan memiliki lebih sedikit dari yang semula Anda punyai. Bertentangan dengan hukum matematika, Allah mengatakan bahwa ketika kita memberi, kita akan menerima kembali lebih banyak. “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Lukas 6:38).

Rancangan Tuhan dalam hal memberi menuntut kita untuk bergantung pada pernyataanNya dibandingkan pada alasan kita sendiri. Logika kita akan mencek rekening bank sebelum memutuskan berapa banyak yang tersedia untuk perpuluhan. Akan tetapi, Alkitab menyatakan bahwa segala harta kita adalah milik Tuhan dan kita harus mempersembahkan kembali kepadaNya buah pertama dari jerih payah kita (Ulangan 10:14; 18:4-5). Saat kita taat, itu berarti kita mempercayaiNya untuk memelihara kita, walau terkadang hal itu berarti memilih untuk mengabaikan apa yang masuk akal secara pikiran manusia. Tuhan tidak selalu menyediakan sesuai dengan cara yang kita harapkan. Malah, Ia memuaskan kebutuhan kita dan memberkati dengan cara yang Ia tahu bahwa itulah yang terbaik untuk kita.

Saat kita menghadapi situasi keuangan yang sulit, kita tergoda untuk membenarkan diri kita dalam hal mengumpulkan kekayaan. Tetapi Tuhan, yang memahami situasi itu dengan sempurna, meminta agar kita memberi bukan sekedar dari kelebihan kita, namun karena kita butuh untuk memberi. Jemaat Makedonia contohnya. Mereka memberi dengan kemurahan hati sementara mereka sedang mengalami penderitaan (II Korintus 8:2). Hal ini menyenangkan hati Tuhan sebab mereka memberi dengan iman.

Mintalah Allah menunjukkan apa yang Ia kehendaki untuk Anda berikan. Berdoalah agar Anda diberi kekuatan untuk taat. Kemudian, nantikanlah berkat-berkatNya.

| Selasa, Januari 06, 2009 |
Back to Top