Sentuhan Hati Senin, 22 Pebruari 2010

| Senin, Februari 22, 2010 |

22 – Februari 2010 / Senin
Lambang Kasih Yang Agung 

Yohanes 10:18

Banyak orang memakai tanda salib karena salib itu melambangkan kekristenan. Tetapi tidak banyak orang yang benar-benar memahami kedalaman kasih yang dilambangkan oleh salib itu.

    Salib dipakai sebagai cara menghukum mati yang paling menyakitkan dalam sejarah. Penyaliban biasanya diawali dengan dua orang serdadu yang mencambuk dari depan dan belakang. Cambuk yang dipakai itu berlilitkan tiga tali kulit, yang masing-masing ujungnya berisi duri, yang dapat merobek-robek dan menghancurkan daging. Tak heran jika Yesus sampai jatuh tersungkur dan tak kuat memikul salib-Nya setelah dicambuk seperti itu.

    Para serdadu kemudian menancapkan paku panjang di telapak atau pergelangan tangan, yang makin menambah rasa sakit luka penyaliban itu. Pergelangan kaki juga ditancap paku sampai tembus ke kayu salib. Untuk mendirikan salib itu, para algojo akan menjatuhkan salib itu ke dalam sebuah lubang, dan "bunyi gedebuk" lagi-lagi menambah hancur tubuh yang sudah tercabik-cabik itu. Untuk menarik napas saja, orang yang disalib itu harus bertumpu pada pergelangan kakinya yang berdarah.

    Yesus adalah Allah, tetapi Dia juga manusia. Jadi, Dia tahu betul penderitaan fisik manusia yang mengalami kekejaman itu. Di atas segalanya, Dia juga merasakan kepedihan emosional dan spiritual yang dalam karena ditolak oleh bangsa-Nya dan disangkal oleh murid-murid-Nya. Yang paling memilukan, ketika Dia menanggung dosa-dosa kita, Bapa meninggalkan-Nya (Matius 27:46; II Korintus 5:21). Namun, Yesus tidak memandang diri-Nya sebagai korban; Dia dengan rela menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, dan menganggapnya sukacita (Ibrani 12:2). Tak ada kasih yang lebih agung dari itu.

    Ambillah waktu untuk merenungkan segala penderitaan Yesus di kayu salib bagi Anda. Setelah Anda  mengerti betapa besar pengorbanan-Nya, bersyukurlah pada-Nya atas kasih-Nya yang tak terukur itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top