Membangun Perspektif Allah dalam Kehidupan

| Kamis, Februari 06, 2014 |

Kolose 1:28 "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus."

Ukuran kedua dari pertumbuhan rohani adalah berpikir menggunakan perspektif Allah.
Perspektif adalah memahami sesuatu karena memandangnya dari kerangka yang lebih besar.

Ini merupakan kemampuan untuk mempelajari bagaimana hal-hal saling berkaitan satu sama lain, dan kemudian menilai dan membandingkan baik buruknya.

Dalam konsep rohani, ini berarti melihat kehidupan dari sudut pandang Allah. 
Dalam Alkitab, kata "pengertian,"hikmat," dan "pemahaman" berkaitan erat dengan perspektif.
Dan kebalikan dari perspektif adalah kekerasan hati, buta hati, dan kebodohan.

Mazmur 103:7 mengatakan, "Ia (TUHAN) telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-Nya kepada orang Israel."
Orang-orang Israel harus melihat apa yang TUHAN lakukan, tetapi Musa harus memahami mengapa Dia melakukannya.
Inilah perbedaan antara pengetahuan dan perspektif.
Pengetahuan adalah mempelajari apa yang telah difirmankan dan dilakukan oleh Tuhan.
Sementara itu, perspektif adalah memahami mengapa Tuhan berfirman atau melakukan sesuatu.

Perspektif menjawab semua pertanyaan kehidupan.

Alkitab mengatakan bahwa manusia duniawi tidak memiliki perspektif rohani (1 Korintus 2:14).
Demikian juga, kurangnya perspektif adalah tanda ketidakdewasaan rohani (1 Korintus 3:1-2, 13:11, 14:20), dan sebaliknya, memiliki perspektif adalah bukti kedewasaan rohani.
brani 5:14 mengatakan, "Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat."
Ada banyak manfaat dari belajar melihat segala sesuatu dari sudut pandang Allah:

Perspektif membuat kita lebih mengasihi Allah.
Semakin baik kita memahami sifat dan jalan-Nya, semakin kita mengasihi-Nya. 
Paulus berdoa, "Supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus" (Efesus 3:18).

Perspektif membantu kita menolak godaan.
Saat kita melihat situasi dari sudut pandang-Nya, kita menyadari bahwa konsekuensi jangka panjang dari dosa lebih besar dibanding dengan kesenangan sesaat yang bisa ditawarkan dosa.
Tanpa perspektif, kita hanya akan mengikuti sifat alami kita, sifat kedagingan kita. 
"Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut" (Amsal 14:12).

Perspektif membantu kita menghadapi pencobaan.
Ketika kita memiliki perspektif Allah dalam hidup, kita menyadari bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28), dan bahwa ujian dalam iman menghasilkan ketekunan (Yakobus 1:3).
Perspektif adalah salah satu alasan bagaimana Yesus mampu memikul salib-Nya (Ibrani 12:2).
Dia mengabaikan rasa sakit untuk meraih sukacita yang terbentang di hadapan-Nya.

Perspektif melindungi kita dari kesalahan.
Sekarang adalah waktu yang tepat bagi orang Kristen untuk dihadapkan pada kebenaran yang sejati.
Pluralisme telah menciptakan kebudayaan yang amat membingungkan.
Bukannya karena budaya kita tidak percaya apa pun, tapi masalahnya adalah budaya kita percaya segalanya.
Maka satu-satunya obat agar tidak terbawa budaya dunia ialah dengan memakai sudut pandang Allah.

Ketika orang-orang percaya, baik yang baru atau yang bertumbuh, diberikan pengetahuan dan perspektif, maka mereka akan menghasilkan batu karang yang teguh:"Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Efesus 4:14).

Renungkan hal ini: 

Baru-baru ini, dalam situasi apa Anda menerapkan pengetahuan, bukannya hikmat?

Bagaimana cara pandang Allah membantu Anda menerima Yakobus 1:3 :"Ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan"?

Bacaan Alkitab Setahun :
Maleakhi 4; Wahyu 21 - 22

Semakin baik kita memahami sifat dan jalan-Nya Allah, semakin kita terus mengasihi-Nya.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top