Epidemi Kekerasan: Jangan Tinggal Diam

| Kamis, September 28, 2017 |
Mazmur 39: 1-4 "Untuk pemimpin biduan. Untuk Yedutun. Mazmur Daud. Pikirku: 'Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku.' Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat. Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku: 'Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!"

Langkah pertama untuk melepaskan diri dari kekerasan, entah itu kekerasan seksual, fisik, verbal atau emosional, yaitu dengan menceritakannya kepada seseorang yang bisa membantu Anda.

Yesus berkata dalam Yohanes 8:32, "Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Kemerdekaan itu muncul saat Anda membuka diri dan mengakui rasa sakit Anda kepada orang lain.

Dalam sebuah penelitian di 10 negara, ditemukan bahwa antara 55-95% wanita yang mengalami kekerasan oleh pasangan mereka, tidak pernah memberi tahu siapa pun, bahkan pria cenderung tidak mau membicarakannya sama sekali atau meminta pertolongan orang lain. 

Kekerasan atau penganiayaan seringkali disebut sebagai wabah atau epidemi kebisuan, sebab itu merupakan sebuah aib besar di dalam perkawinan yang tak seorangpun mau membicarakannya. Orang-orang menderita di dalam kebisuan mereka. 

Seseorang dalam Alkitab yang tahu benar soal kekerasan adalah Raja Daud. Dia adalah raja yang menulis sebagian besar kitab Mazmur dan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya menghadapi penganiayaan; ada orang-orang yang ingin menyakitinya, membunuhnya, menyiksanya, mencemarkan nama baiknya dan mencemoohnya- segala macam kekerasan.

Di lebih dari 100 ayat dalam kitab Mazmur, Daud mengekspresikan rasa sakitnya, kegusarannya, dan kemarahannya terhadap musuh-musuhnya. Dia menggunakan kata "musuh" hampir 100 kali di Alkitab. Dia berbicara tentang perlakuan kejam yang ditujukkan kepadanya dalam hidupnya. 

Namun salah satu hal yang Daud teladankan pada kita ialah berikut ini: Jangan merahasiakannya. Dalam Mazmur 39: 1-4, Daud mengungkapkan apa yang terjadi ketika dia mencoba merahasiakan pergumulannya: 'Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di depanku." Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat. Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku: "Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!"

Memang, ini respon yang lazim ketika kita mengalami kekerasan atau perlakuan kejam. Daud takut membahasnya di depan para pelakunya, tapi kebisuannya membuat keadaannya semakin parah: "Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik; tetapi penderitaanku makin berat. Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala seperti api, ketika aku berkeluh kesah;"

Jika Anda sedang mengalami hal ini sekarang, saya ingin Anda tahu bahwa Tuhan peduli dengan Anda. Saya peduli dengan Anda. Dan selalu ada harapan. Anda tidak boleh lagi berada dalam lingkaran rasa sakit, kegelisahan, dan ketakutan itu.

Tetapi, pertama-tama Anda harus berhenti untuk diam. Anda harus angkat bicara dan memberitahu seseorang yang dapat Anda percaya. Anda harus membawanya ke dalam terang sehingga Tuhan bisa mulai membimbing Anda kepada penyembuhan.

Renungkan hal ini: 
Apa sajakah tanda-tanda kekerasan emosional? Bagaimana Anda bisa membantu seorang teman yang tengah mengalaminya?
Menurut Anda mengapa banyak orang yang bergumul dengan masalah ini merasa sulit untuk menerima kasih Tuhan?
Menurut Anda mengapa kita lebih menderita saat kita menyembunyikan rasa sakit kita?


Bacaan Alkitab Setahun :
Pengkotbah 11-12; Galatia 4


Berseru dan berdoalah pada Tuhan dalam segala pergumulan Anda.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top