Penuh Syukur; Jangan Penuh Sesal

| Minggu, Mei 19, 2013 |
Pengkhotbah 6:9 "Lebih baik melihat saja dari pada menuruti nafsu. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin."

Untuk mengatasi iri hati, Anda dan saya harus senantiasa bersukacita atas apa yang kita miliki.
Daripada fokus pada apa yang tidak Anda miliki, Anda sebaliknya harus bersyukur atas apa yang sudah Anda miliki.
"Keinginan-keinginan" Anda akan memudar jika dibandingkan ketika Anda menyadari bahwa apa yang Anda miliki adalah sebenarnya sudah lebih dari cukup.

Terlalu sering kita berpikir, "Aku sudah punya ini, tapi jika aku punya lebih banyak, pasti aku akan lebih bahagia."
Pemahaman ini tidak benar.
Kita memang diajarkan untuk tidak pernah puas, tapi kita tidak harus menjadi seperti itu jika kita fokus pada hal-hal baik yang sudah kita miliki.

Apakah itu berarti kita tidak akan pernah mengalami kesulitan dalam menanggapi keberhasilan orang lain?
Tentu saja tidak.
Seiring berjalannya waktu kita semua akan mengalaminya.
Bahkan naluri manusia akan selalu membuat kita bertanya, "Kenapa orang itu mendapat promosi, sedangkan aku tidak?"
atau "Bagaimana bisa mereka menikah, sedangkan aku masih single?"
atau "Kenapa mereka mendapat liburan gratis ke Eropa, sedangkan aku harus mengeluarkan uang untuk memasang kawat gigi?"

Biarkan saya memperjelas hal ini:
Iri hati tidak memiliki hasrat, mimpi, atau ambisi.
Tetapi Anda bisa memiliki hasrat, mimpi, atau ambisi tanpa iri hati.
Iri hati adalah ketika Anda membenci orang lain yang sudah lebih dulu memiliki sesuatu yang Anda idamkan atau yang Anda ingin capai.
Iri hati adalah meyakini bahwa Anda tidak bisa bahagia sebelum mendapatkan semua hal yang orang lain punya.

Iri hati berakar pada satu mitos:
Supaya bahagia, aku harus punya lebih banyak dibanding kamu !

Renungkan hal ini:

"Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?
Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima?
Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?
Kamu telah kenyang, kamu telah menjadi kaya, tanpa kami kamu telah menjadi raja.
Ah, alangkah baiknya kalau benar demikian, bahwa kamu telah menjadi raja, sehingga kamipun turut menjadi raja dengan kamu" (1 Korintus 4:7-8).

Tulislah: "Aku sudah memiliki apa yang pantas aku terima!"
Diskusikan makna pernyataan ini dengan seorang teman.

Rasa iri bertanya, "Mengapa mereka?" Rasa syukur bertanya, "Mengapa saya?"
Pertanyaan mana yang cenderung Anda ucapkan?
____________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
1 Tawarikh 7-9; Yohanes 6:22-24
____________________________________

Daripada fokus pada apa yang tidak Anda miliki, Anda sebaliknya harus bersyukur atas apa yang sudah Anda miliki.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
____________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top