Kesulitan dan Kerendahan Hati

| Rabu, Maret 05, 2014 |
Ulangan 6:10-12 "Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu -- kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan; rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami -- dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan."


Dalam bukunya, The Problem of Pain, C. S. Lewis menulis, "Allah berbisik di tengah kesenangan kita, berbicara di dalam hati nurani kita, tetapi berteriak di tengah penderitaan kita. Penderitaan adalah pengeras suara Allah untuk membangkitkan dunia yang tuli."


Mari kita bicara tentang masalah yang ditimbulkan dari kekayaan.
Kekayaan membawa tanggung jawab, karena kita bukan pemiliknya; kita hanya pelayan.
Semua yang Tuhan berikan adalah anugerah, dan kita dituntut untuk bertanggung jawab atas apa yang kita miliki agar tetap bergantung pada-Nya.


Ketika hidup terasa begitu keras dan kesukaran silih berganti menerpa, kita kiranya harus berdoa.
Tapi terkadang ketika hidup berjalan baik-baik saja, kita sepertinya cenderung lupa untuk berdoa.
Dalam Kisah Para Rasul 12, kita membaca bahwa ketika Yakobus dipenggal, dan Petrus ditahan dalam penjara, jemaat dengan tekun mendoakannya.
Mereka berdoa menyerahkan semuanya kepada Allah, karena mereka tahu bahwa jika Dia tidak datang menjamahnya, tidak ada lagi harapan yang bisa mereka gantungkan.


Pemazmur menulis, "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu" (Mazmur 119:67).


Allah memberikan peringatan ini kepada bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian, dan sebelum mulai menikmati semua berkat-berkat-Nya : "Rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami -- dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan" (Ulangan 6:11-12).


Kesulitan meningkatkan iman kita dan membuat kita rendah hati, sementara kekayaan cenderung membuat kita tinggi hati dan berpuas diri.
Kita tidak merasa membutuhkan Tuhan ketika memiliki kesehatan yang baik, atau memiliki dompet yang penuh dengan kartu kredit, atau punya banyak uang di bank.
Namun ketika perekonomian merosot, atau ketika dokter memberikan kabar buruk, kita berbalik kepada Allah.
Itu semua karena Dia tidak henti-hentinya mengingatkan kita bahwa Dialah yang paling penting dalam hidup ini.

____________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
Bilangan 31-33; Markus 9:1-29
____________________________________


Kesulitan diijinkan-Nya terjadi dalam hidup Anda, supaya Anda selalu mengingat dan bergantung kepada-Nya dan menjadikan-Nya yang utama dalam hidup Anda.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Greg Laurie)
____________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top