| Minggu, April 19, 2020 |


Amsal 30: 5 "Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya."

Bayi membutuhkan banyak hal untuk tumbuh, namun kebutuhan yang paling penting ialah makanan. Anda bisa menggendong, menimang, dan bernyanyi untuknya-- tapi jika tanpa ASI, bayi tidak akan tumbuh.

Begitu pula dengan hati kita. Untuk bertumbuh secara rohani, kita butuh makanan rohani. Kita mendapatkannya dari Alkitab, Firman Tuhan. 1 Petrus 2: 2 mengatakan, "Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan," Namun mungkin juga kita membaca Alkitab namun tidak mendapatkan apa-apa. Anda butuh kunci yang spesifik untuk bisa membuka kunci Alkitab. Salah satu kunci itu ialah dengan menerima otoritasnya.

Alkitab mengatakan bahwa otoritas itu adalah Firman Tuhan: "Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya" (1 Tesalonika 2:13).

Salah satu alasan mengapa ada begitu banyak kebingungan di dunia saat ini yaitu karena orang-orang mendengarkan begitu banyak otoritas yang berbeda, dan semua orang bertanya, "Siapa yang benar?"

Ada empat sumber otoritas yang tidak dapat diandalkan yang sering digunakan oleh orang, ketimbang mengandalkan Alkitab:

1. Budaya. Orang yang mengikuti sumber otoritas ini berkata, "Tapi semua orang juga melakukannya." Namun Keluaran 23: 2 memperingatkan: "Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum."

2. Tradisi. Orang-orang ini berkata, "Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia" (Markus 7: 8).

3. Alasan. Sumber yang tidak dapat diandalkan ini berkata, "Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut" (Amsal 16:25).

4. Perasaan pribadi. Di seluruh Amerika Serikat Anda akan menemukan orang-orang berkata, "Saya percaya karena saya merasakannya." Namun Alkitab menceritakan tentang satu masa ketika dunia ini berada dalam kekacauan oleh karena sikap ini: "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hakim-hakim 21:25).

Hanya ada satu pemegang kuasa yang sepenuhnya bisa diandalkan selamanya: Firman Tuhan. Seperti yang dikatakan 2 Timotius 3: 16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."

Dan Amsal 30: 5 mengatakannya sesederhana ini: "Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya."

Biarkan ini tinggal di hati Anda hari ini: "Aku akan menerima Alkitab sebagai satu-satunya otoritas dari setiap masalah dalam hidupku." Ketika Anda menerima otoritas itu, Anda akan mulai mendapat lebih banyak pemahaman dari Alkitab.

Renungkan hal ini:
- Bayi membutuhkan susu untuk pertumbuhan. Apa yang selama ini Anda andalkan untuk pertumbuhan rohani Anda?
- Beberapa sumber otoritas yang tidak bisa diandalkan yang dipercayai oleh orang banyak adalah budaya, tradisi, alasan, dan perasaan pribadi. Mana di antara hal-hal tersebut yang menggoda Anda untuk mengandalkannya? Bagaimana Anda melihat itu mengecewakan Anda?
- Alkitab merupakan otoritas terakhir yang harus Anda andalkan untuk hidup Anda. Seperti apa kehidupan Anda ketika Anda mengandalkannya sebagai otoritas Anda, dan bukan mengandalkan sumber yang tidak dapat Anda percaya?


Bacaan Alkitab Setahun :
2 Samuel 6-8; Lukas 15:1-10


Baik Anda menyadarinya atau tidak, Anda punya otoritas untuk hidup Anda. Itu yang Anda gunakan untuk membuat pilihan.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top