Menjadi Orang yang Lebih Baik Hati

| Jumat, Maret 16, 2018 |
1 Yohanes 4: 18a "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan."

Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 15) mengajarkan kita dua hal yang amat mendasar tentang kebaikan. Jika Anda ingin benar-benar menjadi orang yang lebih baik hati, maka Anda harus bersedia melakukan dua hal berikut: 

1. Anda harus rela diinterupsi. Kebaikan yang Anda lakukan bukanlah untuk diri Anda, melainkan untuk orang lain. Itulah sebabnya mereka butuh kebaikan dari Anda. Pada saat Anda dibutuhkan, Anda harus menghentikan segalanya dan berhenti. Kasih itu seringkali merepotkan, dan kebaikan seringkali menyita waktu.
Pikirkan alasan-alasan yang bisa saja diucapkan oleh Orang Samaria yang Baik Hati itu untuk menolak menolong orang yang terluka di pinggir jalan itu. Dia bisa saja berkata, "Saya terlalu sibuk memikirkan masalah saya sendiri" atau "Saya sedang ada urusan penting. Lagi pula, membantu orang itu, apa untungnya buat saya." Setiap kali Anda membuat alasan untuk tidak berbuat baik, saat itu juga Iblis menyertai Anda dan membantu Anda mewujudkannya. Iblis dengan senang hati akan memberi Anda beribu dalih, seperti tidak punya waktu, atau tenaga, atau uang untuk melakukan apa yang seharusnya Anda lakukan. 
Tuhan dengan sengaja menempatkan orang-orang yang tengah terluka di jalan Anda supaya Anda belajar tentang kebaikan. Bila Anda diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengalaminya hari ini, bagaimana Anda akan meresponnya? Akankah Anda melewatkannya? Atau akankah Anda memanfaatkan momen itu? 

2. Anda harus rela mengambil resiko. Seringkali, kekhawatiran Anda sendirlah yang menyebabkan Anda tidak berbuat baik. Bayangkan rasa takut yang bisa saja ada di benak Orang Samaria itu ketika melihat pria itu tergeletak di jalan. 
Dia bisa saja berkata, "Jangan-jangan jika aku membantu orang ini, komplotan perampok itu masih ada di sekitar sini lalu muncul menyergapku?" 
Atau 
Boleh jadi kita berkata, "Bagaimana jika dia menuntut saya?" Atau "Bagaimana jika saya tidak bisa benar-benar membantunya? Saya tidak ahli soal memberi pertolongan pertama." Berapa kali Anda memutuskan untuk tidak membantu seseorang karena Anda berpikir, "Saya tidak tahu harus berkata apa padanya?" Satu ketakutan besar yang jarang kita bicarakan: Ketika kita melibatkan diri di dalam luka dan kepedihan orang lain, itu mengingatkan kita pada kepedihan kita sendiri. Itulah mengapa kita biasanya takut terlibat dalam rasa sakit orang lain, karena kita takut mengingat luka lama kita. 

Namun kita tidak akan pernah belajar bagaimana sungguh-sungguh menunjukkan kebaikan hati, sampai kita melewati ketakutan kita sendiri, dan menjadi perpanjangan kasih Tuhan kepada orang lain. Alkitab mengatakan, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;" (1 Yohanes 4: 18a).

Kasih Tuhanlah yang terlebih dahulu membantu kita menyembuhkan diri dari rasa sakit kita sendiri, sehingga kita kemudian bisa menunjukkan kasih itu kepada orang lain. Kasih Tuhanlah yang membantu kita melewati ketakutan sehingga kita bisa belajar untuk bersikap baik kepada orang lain. 

Renungkan hal ini:
- Apa yang bisa Anda lakukan untuk bisa memiliki lebih banyak waktu untuk menunjukkan kebaikan kepada orang lain?
- Ketakutan-ketakutan apa yang harus Anda kalahkan agar bisa menunjukkan kebaikan kepada orang lain?
- Bersiaplah di minggu ini: Tuhan ingin Anda menunjukkan kebaikan kepada seseorang yang muncul di jalan Anda. Bagaimana Anda akan menanggapinya?


Bacaan Alkitab Setahun :
Ulangan 28-29; Markus 14:54-72


Tidak ada yang baik dari dalam diri kita, hanya Kasih Tuhan yang dapat memampukan kita untuk berbuat kebaikan. Ingatlah kasih dan kebaikanNya yang telah kita rasakan.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top