Renungan, Jumat 19 Desember 2008

| Jumat, Desember 19, 2008 |

Rintangan Menikmati Allah

Roma 6:12-18


Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengkonseling seorang wanita yang memiliki kepahitan terhadap ayahnya. Ayahnya menelantarkan keluarganya dan tidak mengakui wanita itu sebagai anaknya. Lalu pada suatu hari ayahnya jatuh sakit dan mencari wanita ini untuk meminta maaf, tetapi si anak menolak mendengarkan permintaan maaf ayahnya. Setelah ayahnya meninggal, ia tetap menyimpan kepahitan di dalam hatinya. Dan akhirnya ia menyesali perbuatannya, dan memberitahu saya bahwa ia tidak bisa bersukacita di hadapan Allah karena masih menyimpan kepahitan di dalam hatinya.

Salah satu peranan Roh Kudus adalah menuntun orang-orang percaya agar peka terhadap tindakan yang menentang kehendak Allah. Jika kita tetap bertahan dengan perilaku yang menentang kehendak Allah, maka kita akan membuat suara Roh Kudus yang ada di dalam kita menjadi tidak terdengar.

Dengan kata lain kita tidak memberikan kesempatan kepada Tuhan. Dosa yang tidak diakui akan membuat kita semakin jauh dari Allah, dan kita tidak bisa memiliki hubungan yang menyenangkan dengan-Nya.

Perbuatan dosa biasanya terasa nikmat untuk dilakukan, paling tidak untuk sementara. Sebagai contoh, kita dapat membenarkan rasa kepahitan di dalam hati kita, ketika seseorang melakukan kesalahan terhadap kita.

Terkadang kita tetap memendam rasa dendam dan tetap membiarkannya berkepanjangan di dalam hati kita. Tetapi sebagai orang percaya, kita tidak boleh menjalani hidup kita dengan perasaan. Kita harus menuruti kebenaran Allah. Alkitab berkata bahwa jika kita menolak untuk mengaku dan bertobat, maka dosa akan memperbudak hati kita dan menghancurkan kesaksian kita.

Iblis menggoda kita dengan dosa-dosa yang tampaknya baik. Suatu kebiasaan yang menyenangkan atau yang menghibur tentu lebih mudah dilakukan daripada suatu hal yang menjijikkan. Tetapi tidak ada seorang pun yang merasa benar-benar merasa terhibur setelah melakukan dosa.

Sukacita yang sejati hanya ditemukan di dalam persekutuan dengan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top