Sentuhan Hati Kamis, 18 Juni 2009

| Kamis, Juni 18, 2009 |

Menekuni Iman  

I Petrus 1:6-9

Iman yang benar didasarkan pada Kitab Suci dan meliputi prinsip-prinsip yang kekal. Iman yang sejati percaya bahwa Allah adalah Allah yang menyatakan diri-Nya, dan menepati semua janji-Nya.

Iman semacam itu patut disaksikan kepada orang lain, dan caranya bisa bermacam-macam. Kita bisa menjelaskan iman kita dengan kata-kata. Tetapi kita juga bisa menyatakannya dengan menjalani kehidupan yang baik, yang seringkali justru lebih efektif dalam memengaruhi orang bagi Kristus.

Ketika saya masih di SMA, saya berkunjung ke rumah kakek selama seminggu. Kami banyak menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap: beliau mendengarkan saya dengan cermat, dan bercerita tentang hal-hal yang telah dilakukan Allah dalam berbagai situasi selama bertahun-tahun. Saya pulang dengan berpikir, “Tuhan, jika Engkau melakukan hal itu pada kakekku, apa yang akan Kaulakukan dalam hidupku sendiri?” Iman saya bertumbuh makin kuat sejak saat itu.

Saya juga sangat dipengaruhi oleh ketekunan ibu saya dalam berdoa. Ketika situasi sedang sulit, ia akan berlutut di samping tempat tidur bersama saya, dan berbicara kepada Bapa kami yang di surga. Pada saat hening seperti itu, saya belajar bahwa kita dapat memercayai Allah ketika segala sesuatu tampak sulit bahkan mustahil. Saya juga menemukan bahwa Allah itu setia, dan kita dapat mengandalkan-Nya.

Konsisten dan tekun merupakan dua hal penting lain dalam menyaksikan iman kita. Anak-anak akan melihat apakah kita sungguh-sungguh dengan perkataan kita, dan tetap bersandar pada Allah ketika kesulitan datang. Kita bisa memakai pencobaan untuk menunjukkan tentang respon orang benar. Jika kita menekuni iman kita secara nyata, kita akan mewariskan hal yang jauh lebih berharga daripada emas atau perak.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top