Sentuhan Hati Kamis, 27 Mei 2010

| Kamis, Mei 27, 2010 |

27 Mei 2010 / Kamis
Sumber Pengharapan --
I Petrus 1:3-9

           Pengharapan dapat diartikan sebagai keinginan untuk sesuatu yang baik dan suatu perkiraan akan menerimanya. Yesus Kristus adalah satu-satunya sumber pengharapan yang sejati, sebab Ia sendiri tahu apa yang terbaik dan memiliki kedaulatan serta kuasa untuk menggenapinya. Pengharapan lainnya hanya dilandaskan pada dasar yang goyah berupa keadaan yang berada di luar kendali kita.

    Setiap kita memiliki harapan akan masa depan, namun seringkali harapan itu hanya menyinggung tentang kehidupan di dunia ini. Kristus menjanjikan kepada kita "pengharapan yang hidup" dari suatu warisan yang tidak dapat binasa di surga. Keinginan yang muncul setiap hari akan hilang, namun rumah kita di surga adalah kekal. Inilah jaminan terutama yang kita miliki dan merupakan jangkar saat badai kehidupan menerjang dengan kuat.

  Namun, bagaimana kita dapat bertahan melalui masa pencobaan saat ini? Surga nampak begitu jauh pada saat rasa sakit hadir dan kita tidak melihat sesuatu yang dapat meringankan rasa sakit itu. Pengharapanlah yang mengantisipasi adanya suatu perubahan kepada keadaan yang lebih baik.

  Dan bagaimana dengan saat dimana situasi kita tidak semakin membaik – lalu, karya Tuhan yang bagaimana yang disebut sebagai "keadaan yang lebih baik"? Petrus mengatakan kepada kita bahwa Ia sedang mengasah iman kita, yang pada akhirnya akan membawa pujian dan kemuliaan saat Yesus kembali. Hal ini jauh lebih bernilai bagi kita daripada emas ataupun kelepasan dari situasi sulit yang kita alami. Sungguh suatu paradoks! Berbagai kesulitan yang dapat menyebabkan kita untuk kehilangan harapan adalah alat yang Tuhan pakai untuk menguatkan iman dan pengharapan kita kepadaNya.

  Kristus menjanjikan kepada kita pengharapan, bukan hanya untuk kekekalan, namun juga untuk hidup saat ini. Masa-masa dimana Tuhan tidak melepaskan kita dari situasi yang sulit adalah masa yang kita yakini sebagai masa dimana Ia sedang melakukan karya lebih besar di dalam diri kita. Saat nantinya kita tiba di rumah kekekalan, kita akan menyadari nilai iman yang tidak terukur yang Ia hasilkan di dalam kita, saat kita menaruh pengharapan kepadaNya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top