Mengapa Harus Salib Allah?

| Selasa, Januari 27, 2015 |

1 Korintus 1:18 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.

Ada satu kisah nyata tentang sepasang kekasih yang pergi ke toko perhiasan. Saat si penjaga toko menunjukkan pada mereka berbagai perhiasan, si wanita berkomentar, Aku suka yang ini, tetapi apa kau punya yang lain yang tak ada hiasan Pria Kecil ini diatasnya?"

Itulah yang diinginkan begitu banyak orang hari ini: sebuah salib yang tanpa Yesus. Mereka ingin salib yang tak menyinggung siapa pun - salib yang akan terlihat keren jika dipadu dengan pakaian mereka. Tapi jikalau kita bisa kembali ke masa lampau dan melihat salib dalam konteks aslinya, kita akan sadar bahwa ini merupakan simbol yang berlumuran darah dan hina. Sungguh ngeri membayangkan seseorang digantung di kayu salib.

Bangsa Romawi memilih hukuman penyaliban sebab itu merupakan cara mati yang perlahan-lahan dan yang begitu menyiksa, ini dirancang untuk mempermalukan seseorang. Selain itu, penyaliban di luar kota Romawi juga dianggap sebagai peringatan kepada siapa saja yang berani menentang peraturan di kerajaan Romawi.

Jika saja ada cara lain, apakah Anda pikir Allah akan membiarkan Putra-Nya menderita seperti ini? Jika ada cara lain, kita bisa saja diampuni oleh Allah dengan mudah. Jika hidup dengan moral yang baik bisa mengantarkan kita ke Surga, maka Yesus tidak akan pernah mati bagi kita. Namun Dia telah mati - sebab penyaliban adalah satu-satunya jalan. Dia harus membayar harga untuk dosa kita, dan di kayu salib, Yesus membeli keselamatan dunia.

Jika Anda pernah tergoda untuk meragukan kasih Allah atas Anda, bahkan untuk sesaat, maka pandanglah lekat-lekat salib Allah. Bukan paku-paku yang menopang tubuh Yesus di kayu salib, melainkan kasih-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun :
Keluaran 16-18; Matius 18:1-20

Ingat kasih-Nya, ingat kebaikan-Nya. Semua yang Dia lakukan atas hidup kita layak untuk di ceritakan (Diterjemahkan dari Daily Devotional by Greg Laurie).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top