Kematian Bukanlah Akhir!

| Rabu, Desember 02, 2015 |

Yohanes 11:25-26 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?

Yesus berkata kepada sahabat-Nya yang tengah berduka, "Marta, dengarkan Aku. Kematian bukanlah akhir! Kau bertingkah seolah-olah segalanya sudah berakhir. Tidak, kematian bukan akhir." Pada titik ini, saya merasa jika Yesus tengah berbicara tentang sesuatu yang lebih besar dan yang lebih dalam, yaitu kebangkitan Lazarus yang Dia buat. Bagaimana pun membangkitkan Lazarus dari kematian terlepas dari sukacita dan kegembiraan yang dibawanya- hanyalah untuk sementara. Lazarus akan mati lagi beberapa tahun setelahnya.

Buat saya pesan yang lebih dahsyat dari peristiwa ini ialah: "Kematian bukanlah akhir ini. Kematian bersifat sementara. Suatu hari Aku akan melenyapkan kematian sepenuhnya, dan siapa pun yang percaya pada-Ku akan hidup selamanya."

Yesus meratapi kepergian sahabat-Nya sekaligus kesedihan dua saudara perempuan Lazarus yang tengah berduka. Tetapi kematian sahabat-Nya itu juga membawa amarah pada diri-Nya.

Yohanes 11:33a memberitahu kita, "Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya.

Kata Yunani yang digunakan untuk meggambarkan kata masygul di sini bisa diterjemahkan menjadi "marah." Mengapa Yesus marah? Apakah Dia marah dengan Maria dan Marta karena tidak percaya? Saya rasa tidak. Saya rasa Yesus marah pada kematian itu sendiri karena kematian tak pernah menjadi rencana Allah pada mulanya. Rencana Allah adalah agar kita hidup selamanya. Rencana Allah adalah agar tubuh kita tak akan pernah menua, letih, sakit, dan dibatasi oleh kekurangan fisik.

Karena itulah Yesus marah, dan Dia pun menangis. Tetapi air mata itu bukanlah air mata frustasi. Dia tidak pernah frustrasi. Yesus marah dan kemudian berbuat sesuatu atas kematian yang telah direncanakan dari Surga. Ia menyerahkan hidup-Nya di kayu salib bangsa Romawi, mati untuk dosa-dosa dunia, dan kemudian bangkit kembali dari kematian. Alkitab berkata Ia telah menjadi "yang sulung" dari mereka yang telah mati, artinya, Dia pergi sebelum kita.

Dan karena Dia telah pergi sebelum kita ke dalam kematian, lalu muncul sebagai Pemenang, arti kebangkitan-Nya bagi diantara kita yang masih hidup dan yang akan menghadapi kematian suatu hari nanti, ialah agar kita bisa menjadi yakin dan tidak takut saat kelak menghadapinya.

Bacaan Alkitab Setahun :
Mikha 5; Ibrani 12:1-17

Ia menyerahkan hidup-Nya di kayu salib mati untuk dosa-dosa dunia dan kemudian bangkit kembali dari kematian (Diterjemahkan dari Daily Devotional by Greg Laurie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top