Filipi 4: 6 "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."
Pernahkah Anda mengalami satu hari di mana tak ada satu pun yang berjalan lancar? Ketika peluang untuk Anda berhasil kecil, Anda menjadi kecil hati dan Anda bertanya-tanya haruskah Anda menyerah?
Ketika Anda mengalami hari-hari seperti itu — atau bahkan satu tahun seperti itu — Anda punya dua pilihan: menjadi khawatir, atau beribadah.
Anda tidak dapat melakukan keduanya. Jika Anda khawatir, artinya Anda tidak memuliakan Tuhan. Sebaliknya, jika Anda beribadah, Anda tidak akan khawatir.
Filipi 4: 6 mengatakan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."
Penangkal dari kekhawatiran ialah ibadah - berdoa, memuji Tuhan, dan meminta kepada-Nya apa yang Anda butuhkan.
Ketika mendengar kata "ibadah," banyak orang terpikir musik. Musik merupakan salah satu cara untuk menyembah Tuhan. Tetapi sesungguhnya ibadah ialah suatu gaya hidup. Setiap aspek kehidupan Anda bisa menjadi sebuah tindakan ibadah kepada Tuhan.
Selama beberapa hari ke depan kita akan melihat apa artinya beribadah. Saya akan memulainya dari salah satu kisah favorit saya dalam Alkitab dalam kitab Perjanjian Lama, 2 Tawarikh.
Tiga bangsa musuh Israel— bani Moab, bani Amon, dan orang Meunim — berkomplot melawan Raja Yosafat. Sang raja menerima laporan bahwa ketiga bangsa ini sedang daam perjalanan untuk berperang melawan mereka.
Kemungkinan besar ketiga bangsa ini akan mengalahkan Israel. Namun, alih-alih khawatir, Yosafat memilih untuk beribadah, meminta bantuan TUHAN: "Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa" (2 Tawarikh 20: 3). Reaksi pertamanya adalah takut — dan, melihat peluang yang kecil untuk menang, rasa takutnya itu masuk akal.
Raja Yosafat bisa saja membiarkan ketakutannya mengintimidasi dia, membuatnya patah semangat, atau bahkan menyerah. Tetapi, sebaliknya, dia membiarkan ketakutannya memotivasinya untuk beribadah melalui doa.
Dan Yosafat tidak melakukannya sendiri. Ia mengumpulkan seluruh bangsanya untuk berdoa bersamanya: "Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN" (2 Tawarikh 20:4).
Memang, Anda kemungkinan besar tidak akan pernah mengalami hari dimana ada tiga negara bersatu berperang melawan Anda. Tapi Anda pasti pernah merasakan hari-hari di mana peluang yang besar tidak berada di pihak Anda dan Anda harus melawannya.
Renungkan hal ini:
- Kapan Anda pernah memilih untuk khawatir ketimbang beribadah? Bagaimana hasilnya?
- Kapan Anda pernah memilih untuk beribadah ketimbang khawatir? Apa dampaknya?
- Alih-alih menjadi khawatir, apa satu hal yang harus Anda mintai bantuan kepada Tuhan hari ini?
Ketika Anda mengalami hari-hari seperti itu — atau bahkan satu tahun seperti itu — Anda punya dua pilihan: menjadi khawatir, atau beribadah.
Anda tidak dapat melakukan keduanya. Jika Anda khawatir, artinya Anda tidak memuliakan Tuhan. Sebaliknya, jika Anda beribadah, Anda tidak akan khawatir.
Filipi 4: 6 mengatakan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."
Penangkal dari kekhawatiran ialah ibadah - berdoa, memuji Tuhan, dan meminta kepada-Nya apa yang Anda butuhkan.
Ketika mendengar kata "ibadah," banyak orang terpikir musik. Musik merupakan salah satu cara untuk menyembah Tuhan. Tetapi sesungguhnya ibadah ialah suatu gaya hidup. Setiap aspek kehidupan Anda bisa menjadi sebuah tindakan ibadah kepada Tuhan.
Selama beberapa hari ke depan kita akan melihat apa artinya beribadah. Saya akan memulainya dari salah satu kisah favorit saya dalam Alkitab dalam kitab Perjanjian Lama, 2 Tawarikh.
Tiga bangsa musuh Israel— bani Moab, bani Amon, dan orang Meunim — berkomplot melawan Raja Yosafat. Sang raja menerima laporan bahwa ketiga bangsa ini sedang daam perjalanan untuk berperang melawan mereka.
Kemungkinan besar ketiga bangsa ini akan mengalahkan Israel. Namun, alih-alih khawatir, Yosafat memilih untuk beribadah, meminta bantuan TUHAN: "Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa" (2 Tawarikh 20: 3). Reaksi pertamanya adalah takut — dan, melihat peluang yang kecil untuk menang, rasa takutnya itu masuk akal.
Raja Yosafat bisa saja membiarkan ketakutannya mengintimidasi dia, membuatnya patah semangat, atau bahkan menyerah. Tetapi, sebaliknya, dia membiarkan ketakutannya memotivasinya untuk beribadah melalui doa.
Dan Yosafat tidak melakukannya sendiri. Ia mengumpulkan seluruh bangsanya untuk berdoa bersamanya: "Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN" (2 Tawarikh 20:4).
Memang, Anda kemungkinan besar tidak akan pernah mengalami hari dimana ada tiga negara bersatu berperang melawan Anda. Tapi Anda pasti pernah merasakan hari-hari di mana peluang yang besar tidak berada di pihak Anda dan Anda harus melawannya.
Renungkan hal ini:
- Kapan Anda pernah memilih untuk khawatir ketimbang beribadah? Bagaimana hasilnya?
- Kapan Anda pernah memilih untuk beribadah ketimbang khawatir? Apa dampaknya?
- Alih-alih menjadi khawatir, apa satu hal yang harus Anda mintai bantuan kepada Tuhan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun : Ulangan 23-25; Markus 14:1-26 |
Ketika hari-hari yang mustahil datang, pilihlah untuk menyembah Tuhan, minta Dia untuk menolong Anda. Dia akan selalu mendengar dan merespons doa Anda.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar