Anggaplah Sebagai Suatu Sukacita

| Rabu, April 10, 2013 |
Yakobus 1:2-4 "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Kita tidak punya kesempatan untuk bersembunyi atau berpura-pura ketika kita menyentuh titik terendah dalam hidup kita.

Ketika kita mendengar kabar buruk, mendapat hasil pemeriksaan kesehatan yang mengecewakan, atau mengalami kegagalan finansial, semua ungkapan-ungkapan mengenai iman kita hanyalah sia-sia belaka.

Persoalaannya adalah apa yang kita lakukan dalam situasi seperti itu?

Alkitab berkata dalam pasal pertama kitab Yakobus, bahwa "kehidupan iman kita terpaksa terbuka dan menunjukkan warna aslinya" selama kita menjalani masa-masa sulit.
Apa yang dulu saya katakan tentang hidup sukacita dan iman sulit terucapkan ketika saat-saat sulit tiba.
Sebaliknya, apa yang saya benar-benar percayai dapat terlihat jelas oleh semua orang terutama oleh diri saya sendiri.

Jadi apa yang kita lakukan pada saat-saat itu?

Yakobus 1 memberitahu kita untuk "menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai macam pencobaan."
Versi lain dari Yakobus 1 mengatakan, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu sukacita..."
Namun saya harus jujur: Ini bukan reaksi pertama saya.
Saya mungkin bisa bersandar pada sudah berapa kali saya berhasil memandang masa-masa sulit sebagai "hadiah" atau "menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan."

Tidak, saya sama seperti Anda.
Reaksi pertama saya biasanya berupa kemarahan, keputusasaan, atau kepahitan bukan sukacita atau ucapan syukur atas "hadiah" dari kesulitan yang saya alami.
Ketika saya bereaksi seperti itu, saya merasa kecewa sebab saya berpikir seberapa jauh lagi saya harus berusaha untuk menjadi seorang wanita dewasa milik Allah.

Tapi itulah maksud Yakobus.
Kita membenci proses menjadi seperti Kristus karena melibatkan rasa sakit, kesedihan, stres, dan pergolakan.
Namun, kita semua menginginkan satu produk: kedewasaan rohani.
Yakobus memberitahu kita untuk tidak berusaha keluar dari masa-masa sulit terlalu cepat.
Sebab jika kita melakukannya, kita akan memutus prosesnya dan tetap menjadi bayi-bayi kecil yang belum dewasa.

Saya tidak ingin menjadi bayi rohani atau emosionil.
Bagaimana dengan Anda?
Saya ingin kehidupan iman saya menjadi kokoh dan kuat, matang dan berkembang dengan baik.
Saya bersedia untuk membiarkan pencobaan dan masalah menantang kehidupan iman saya supaya saya tetap sadar untuk senantiasa berada di jalan Tuhan hingga saya selesai nanti.

Saya ingin warna sejati saya terpancar.

Renungkan hal ini :

- Bagaimana Anda mengizinkan Allah memakai pergumulan Anda untuk membantu Anda bertumbuh secara rohani?

- Terlihat seperti apakah "menganggap pencobaan sebagai suatu kebahagiaan" itu dalam hidup Anda?
____________________________________

Bacaan Alkitab Setahun :
1 Samuel 15-16; Lukas 10:25-42
____________________________________

"Kehidupan iman kita terpaksa terbuka dan menunjukkan warna aslinya" selama kita menjalani masa-masa sulit karena itu tetaplah bersukacita.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Kay Warren)
____________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top