Relevan Dengan Budaya

| Selasa, Maret 25, 2014 |
relevan dengan budaya

Kisah Para Rasul 17:27-28 "Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga."

Untuk merangkul orang banyak dengan Injil, pendekatan yang kita lakukan harus relevan dengan budaya yang ada.
Kadang kita orang Kristen menjadi begitu paranoid ketika mendengar dan mengetahui banyak hal tentang budaya dunia.
Kita enggan mendengarkan musik duniawi.
Kita enggan menonton film, kecuali film Kristiani.
Tetapi untuk merangkul orang yang belum percaya, kita harus tahu sedikit tentang mereka.

Ketika Rasul Paulus berbicara di sidang Areopagus di Atena, ia membangun jembatan dengan para hadirin, sebelum ia mulai membawakan pesan Injil: "Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga" (Kisah Para Rasul 17:28).
Paulus mulai dengan mengutip salah satu penyair Yunani mereka.
Dia melibatkan mereka.
Dia berbicara dalam bahasa yang mereka mengerti.

Saya bukannya menyarankan agar kita harus berkompromi dengan orang-orang agar Injil mudah diterima.
Saya juga tidak menyarankan agar kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang dikatakan Alkitab.
Tetapi maksud saya disini adalah bahwa kita harus pergi ke mana orang-orang itu berada, berbicara dalam bahasa yang mudah mereka pahami, dan tahu sedikit tentang budaya di sekitar kita, sehingga kita bisa berhubungan dengan cara yang mudah dimengerti.
Dan jika Paulus melakukan hal ini, maka begitu pun dengan kita.

Saat ini, banyak gereja yang tidak bersentuhan dengan budaya dunia.
Mereka menjawab pertanyaan yang tidak tidak ditanyakan siapa pun, dan mereka tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diminta.
Kita tidak bisa mengharapkan budaya yang tidak begitu mengenal Alkitab ini untuk memahami terminologi yang kita gunakan.
Bahkan, yang sering terjadi malahan kita bisa saja mengakhiri percakapan, bahkan sebelum itu dimulai karena kita menghina lawan bicara kita.
Itu biasa terjadi karena kita menggunakan bahasa yang tidak mereka mengerti.
Kita mendekati mereka dengan arogan, atau bahkan merendahkan.

Ketika Paulus memberitakan Inji, ia berusaha membangun jembatan, bukan meruntuhkannya.
Dan kita harus melakukan hal yang sama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top