Menjadi Orang yang Lebih Baik Hati

| Selasa, Mei 29, 2018 |
1 Yohanes 4: 18a "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;"

Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Baik Hati (Lukas 15) mengajarkan dua pelajaran yang sangat mendalam tentang kebaikan. Bila Anda ingin benar-benar menjadi orang yang lebih baik hati, maka Anda harus bersedia melakukan dua hal berikut: 

1. Anda harus rela di-interupsi. Kebaikan tidak tiba-tiba muncul di jadwal Anda. Itu ada di jadwal mereka yang membutuhkan. Itulah sebabnya mereka membutuhkan kebaikan Anda. Dan ketika saat itu tiba, Anda harus menghentikan semuanya dan berhenti. Kasih seringkali tidak nyaman, dan kebaikan membutuhkan waktu.

Pikirkan alasan-alasan yang bisa saja diberikan oleh Orang Samaria yang Baik Hati itu kepada pria yang terluka di pinggir jalan itu. Dia bisa saja berkata, "Saya sendiri juga ada masalah yang harus diselesaikan"atau "Saya ada urusan penting yang harus segera dikerjakan. Lagipula, membantu orang ini tidak ada untungnya juga." Setiap kali Anda mencari alasan untuk bersikap tidak baik, Iblis akan ada di sana untuk membisikkan Anda. Dia akan dengan senang hati memberi Anda seribu alasan mengapa Anda tidak punya waktu, tenaga, atau uang untuk melakukan apa yang seharusnya Anda lakukan. 

Allah dengan sengaja menempatkan orang yang tersakiti di jalan Anda, sehingga Anda bisa belajar tentang kebaikan. Ketika Anda menemukan kesempatan itu hari ini, bagaimana Anda akan meresponnya? Apakah Anda akan mengabaikannya? Atau apakah Anda akan memanfaatkan momen itu?

2. Anda harus bersedia unutk mengambil risiko. Sering kali, ketakutan Anda sendiri dapat membuat Anda menjadi orang yang tidak baik hati. Coba bayangkan ketakutan yang mungkin saja dimiliki Orang Samaria yang Baik Hati itu saat melihat pria tersebut. 

Dia bisa saja berkata, "Bagaimana jika saya untuk membantu orang ini, lalu para perampok masih ada di sini dan ikut mencelakai saya?" Atau

Di zaman sekarang, mungkin kita berkata, "Bagaimana jika ada orang lain yang melaporkan saya ke polisi?" Atau "Bagaimana jika saya tidak bisa benar-benar membantunya? Saya tidak bisa melakukan pertolongan pertama." Berapa kali Anda tidak membantu seseorang karena Anda berpikir, "Tapi, saya tidak tahu harus berkata apa untuk membantunya"? Tapi sesungguhnya satu ketakutan besar yang jarang kita akui: "Terlibat di dalam penderitaan orang lain mengingatkan kita pada kerapuhan kita sendiri. Kita takut berurusan dengan rasa sakit orang lain, karena kita takut ingat luka kita kembali. 

Namun, kita tidak akan pernah belajar bagaimana caranya benar-benar menunjukkan kebaikan, sampai kita mampu mengalahkan ketakutan kita dan memperluas tangan kasih Tuhan kepada orang-orang yang terluka. Alkitab berkata, "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;" (1 Yohanes 4: 18a).

Hanya satu yang bisa memampukan kita: kasih Allah. Malah, kasih-Nyalah yang lebih dahulu menyembuhkan rasa sakit kita sendiri, sehingga kita dapat menunjukkan kasih-Nya itu kepada orang lain. 

Renungkan hal ini: 
- Bagaimana Anda bisa memasukkan kebaikan ke dalam jadwal harian Anda sehingga Anda bisa menyisihkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk sesama?
- Ketakutan apa saja yang Anda perlukan untuk melangkah kembali ke masa lalu agar Anda dapat memberikan kebaikan kepada orang lain?
- Bersiap-siaplah minggu ini: Tuhan ingin Anda memperlihatkan kebaikan kepada seseorang di jalan Anda. Bagaimana Anda akan meresponnya?



Bacaan Alkitab Setahun :
2 Tawarikh 4-6; Yohanes 10:24-42


Kasih Allah membantu kita melewati ketakutan kita, sehingga kita bisa belajar menjadi orang yang lebih baik hati.
(Diterjemahkan dari Daily Devotional by Rick Warren) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Back to Top